Cerita ini bermula saat detikcom menyambangi proyek pembangunan di dekat Restoran Pulau Dua, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Senin (7/10/2019) sore. Awalnya detikcom hendak menelusuri cerita versi Polri tentang Akbar Alamsyah (19), salah satu korban rusuh pada 25-26 September lalu, yang sudah 10 hari terbaring koma di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat detikcom menanyakan siapa yang tahu kejadian tersebut, pekerja proyek di sekitar Pulau Dua mengaku tidak tahu soal kejadian Akbar Alamsyah ini. Pun demikian saat diperlihatkan foto Akbar yang sedang terbaring di rumah sakit, mereka mengaku tidak mengenali. Namun beberapa orang mengaku tahu ada mahasiswa lain yang jadi korban di lokasi tersebut.
![]() |
Salah seorang pekerja bangunan yang bersaksi adalah Vendra Wahyu Saputra (21). Vendra mengatakan, dirinya ikut membantu seorang mahasiswa yang jadi korban bernama Faisal. Saat ditanya dan diperlihatkan foto-foto apakah Faisal yang dia maksud Faisal Amir mahasiswa Al-Azhar, Vendra membenarkan. Dia mengenali Faisal dari wajah dan almamater warna merah yang dikenakan.
"Badannya, kacamata, sama baju nya warna apa itu, merah," kata Vendra.
Vendra kemudian mengajak detikcom ke lokasi di mana dia melihat Faisal jatuh. Lokasi tersebut yakni bangunan tempat para pekerja proyek tinggal yang letaknya menjorok ke bawah. Di atasnya setinggi kurang lebih dua meter adalah Jalan Gatot Subroto di depan Restoran Pulau Dua dekat gedung DPR. Menurutnya dari atas itu lah Faisal jatuh ke bawah.
"Awalnya saya tidur di sini, terus ada ledakan-ledakan di atas, terus saya jalan ke situ (berjalan menunjukkan lokasi-red). Pas saya jalan ke sini, orang-orang pada jatuh di situ. Mas Faisal nyangkut di situ kakinya, di kawat ini (kawat jemuran-red). Dia mantul, kepalanya terus mentok ini, kebentur sama cor-coran ini. Ini darahnya masih ada (menunjukkan bekas darah-red)," kata Vendra.
![]() |
Di titik yang Vendra tunjukkan memang terlihat ada bekas darah yang ditutupi tanah. Ada lalat yang masih menghinggapi bekas darah itu. "Masih berbekas. Dia nggak bisa hilang kalau darah, lama," katanya.
![]() |
Vendra menceritakan, peristiwa dia melihat Faisal jatuh itu sore sekitar jam 17.00 WIB. Ketika melihat Faisal terjatuh, Vendra mengaku tidak lantas menolong melainkan lari mencari bantuan. Apalagi menurutnya saat itu gas air mata juga sampai masuk ke tempat istirahat para pekerja bangunan tersebut.
"Gas itu masuk semua ke sini. Keluar semua (tukang-red), tinggal saya terakhir. Kan saya bangun tidur nggak tau ada apa, ada apa. Terus lewat sini jalan, mas Faisal udah di sini. Saya jalan dia langsung jatuh, dia kena ini (kawat)," jelas Vendra.
Vendra mengatakan, saat itu ada banyak mahasiswa yang loncat maupun jatuh ke bawah. Namun seluruhnya bisa bangkit dan berlari ke berbagai arah. Beda nasib dengan Faisal yang kakinya terkena kawat dan kemudian jatuh dan kepalanya membentur cor-coran.
Usai lari ke depan, Vendra kemudian memberi tahu kepada mahasiswa lainnya bahwa ada seorang mahasiswa yang jatuh dan terluka. Vendra bersama sejumlah mahasiswa--seingatnya 4 orang-- kemudian datang ke lokasi Faisal dan mengevakuasinya ke kantor di tempat para pekerja bangunan itu tinggal. Dari situ, tidak lama, Faisal kemudian dievakuasi ke rumah sakit menggunakan mobil box.
"'Mas temannya ada yang jatuh di sana, kepalanya berdarah'. Terus pada ke sini. Terus balik ke situ lagi (tempat Faisal jatuh-red), terus dibawa ke kantor, dicarikan mobil kendaraan untuk dibawa ke rumah sakit. Digotong sama teman-temannya. Dimasukin ke sini (kantor). Terus dicarikan kendaraan, terus dibawa ke RS (rumah sakit)," kisah Vendra.
![]() |
Saat itu, menurut Vendra, kondisi Faisal sudah tidak sadarkan diri. Menurutnya saat itu luka yang dialami Faisal akibat terbentur cor-coran usai jatuh cukup parah.
Vendra mengatakan, cerita yang dia sampaikan itu adalah kejadian saat Faisal jatuh dan kepalanya membentur cor-coran. Dia mengaku tidak tahu menahu terkait kondisi Faisal sebelum kejadian tersebut.
Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo sebelumnya menyatakan, Polri masih mendalami soal dugaan penganiayaan terhadap Faisal saat kerusuhan terjadi.
"Kalau Faisal masih didalami oleh Bareskrim. Belum tentu dia terlibat bentrok dengan aparat. Jadi masih didalami dia itu oleh siapa dianiaya," ujar Brigjen Dedi saat dihubungi detikcom hari ini.
Keluarga Duga Faisal Terluka Sebelum Jatuh
Sementara itu, Kakak Faisal Amir, Rahmat Ahadi, mengaku mendapat keterangan serupa soal adiknya yang jatuh saat demo rusuh di proyek pembangunan di dekat Restoran Pulau Dua, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Namun Rahmat agak sangsi luka akibat jatuh dari ketinggian itu membuat kondisi Faisal kritis.
"Karena ketinggian, kalau mas bisa lihat, nggak tinggi banget. Dan kalau memang dia terbentur di kepala, berarti jatuhnya posisi terbalik vertikal. Karena yang terluka, yang retak itu bagian atas, Hanya bagian atas, sementara bagian belakang itu luka, mungkin luka di bagian belakang itu karena jatuh, tapi retaknya itu kan nggak mungkin karena jatuh," kata Rahmat saat dihubungi terpisah.
Berdasarkan keterangan dokter, Rahmat mengatakan luka di kepala Faisal akibat benda tumpul. Rahmat juga menyimpulkan bahwa adiknya itu sudah terluka sebelum jatuh di dekat Restoran Pulau Dua.
"Kata dokter juga itu terbentur benda tumpul yang sangat keras, katanya. Jadik alau saya mengambil kesimpulannya sebelum jatuh sudah terluka," ujar dia.
Saat ditanya mengenai keterangan pekerja proyek yang menyebut kepala Faisal terbentur corcoran, Rahmat lantas menjelaskan mengenai detail luka di kepala adiknya. Atas dasar itu, Rahmat mengaku ragu jika luka parah yang dialami Faisal hanya disebabkan jatuh dari ketinggian sekitar dua atau tiga meter.
"Jadi lukanya Faisal itu ada luka luar dan luka dalam. Luka di bagian luar, di bagian kulit kepala itu di bagian belakang berdarah, sedangkan bagian atas kepalanya tengkoraknya di bagian dalam di bawah kulit itu retak. Di bawah tengkorak pendarahan selaput, jadi sebelum selaput otak, ada otak. Jadi otak, selaput otak, tengkorak baru kulit. Nah kulit ini bisa berdarah, tempurungnya retak. Selaputnya pecah, otaknya berdarah. Kalau jatuhnya dari ketinggian dua meter atau tiga meter, nggak akan separah itu," ujar dia.
Halaman 2 dari 4
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini