Yadi Tewas Saat Demo di DPR, Ibunda Kaget Jenazahnya Bengkak-Berdarah

Yadi Tewas Saat Demo di DPR, Ibunda Kaget Jenazahnya Bengkak-Berdarah

Farih Maulana Sidik - detikNews
Jumat, 04 Okt 2019 21:32 WIB
Ibu Maulana Suryadi, Maspupah, berharap ada pihak yang bertanggung jawab atas meninggalnya putranya. (Farih Maulana/detikcom)
Jakarta - Maulana Suryadi (23) diduga tewas dalam kericuhan demonstrasi di DPR RI pada Rabu (25/9). Ibu Suryadi, Maspupah, mengaku kaget karena jenazah putranya bengkak dan berdarah.

Maspupah menceritakan sebelum kepergian Yadi ikut demo. Maspupah mengatakan putranya pergi dari rumah ketika hari sudah melewati waktu Magrib.

"Dia mandi, habis itu minjem kaus adiknya warna hitam. Terus dia ke bawah lagi sambil bilang, 'Ah, Yadi mau demo, ah' sambil ketawa-tawa. Saya tanya 'demo ke mana lu?' Dibayar katanya sambil ketawa-tawa karena orangnya memang suka bercanda dia," kata Maspupah saat ditemui di rumahnya di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Jumat (4/10/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Maspupah kaget ketika ada polisi yang meneleponnya untuk meminta alamat rumah. Saat polisi datang, Maspupah mendengar kabar anak pertamanya itu meninggal. Dia sempat ditanya soal riwayat sakit Yadi.

"Mereka datang kemari ngabari, 'Ibu sabar ya, Suryadi sudah nggak ada'. Saya tanya kenapa? Mereka balik nanya, 'Anak ibu punya penyakit nggak?' Punya asma dari bapaknya, tapi itu juga kalau lagi kambuh. Tapi nggak sampai parah juga, paling dia kalau lagi merokok kadang dia tarik napas panjang kalau ngerasain sesak," ujar dia.

Setelah itu, Maspupah bersama kedua anaknya, Rizki dan Feby, ikut bersama polisi ke RS Polri. Dia mengatakan jenazah Yadi bengkak dan melihat darah.

"Setelah itu, naik mobil lagi ke RS Polri, masuk ke kamar lihat Suryadi sudah tergeletak. Awalnya saya nggak kenalin muka anak saya, 'ini Yadi, Ki?'. 'Yadi, Bu' kata Rizki. Jadi kok bengkak begini mukanya. Ya Allah, saya tangis-tangis tuh. Lihat badannya, masih bagus, lihat kupingnya berdarah," tuturnya.

"Saya tanya polisi, 'Kenapa kupingnya berdarah?' Kata polisi 'nahan sesaknya'. Polisi nanya mau dimandiin udah bersih atau gimana? Saya bilang mandiin di rumah neneknya saja," tambahnya.


Setelah itu, Maspupah diminta membuat surat pernyataan bahwa pihak keluarga tak bersedia jenazah Yadi diautopsi. Maspupah mengatakan juga diberi amplop oleh polisi.

"Pas keluar dari ruang jenazah, disuruh bikin surat keterangan, tapi yang nulis anak saya yang perempuan namanya Veby. Intinya meninggal karena gas sama asma. Nah, polisi manggil saya secara diam-diam, masuk ke kamar jenazah lagi, ngasih amplop warna putih di depan jenazah anak saya, isinya Rp 10 juta. Pas dikasihkan, ngomong-nya, 'Ini pas ngurus-ngurus anak Ibu,'" kata Maspupah.

Dia mengatakan ada polisi yang mengantarnya pulang. Namun polisi tidak mengantar sampai rumahnya. Pihak keluarga sempat menelepon polisi yang memberi kabar atas meninggalnya Yadi.

"Setelah sampai rumah, bibinya sempat ribut melalui telepon dengan polisi namanya Charles yang pertama telepon ngehubungin saya di telepon, 'Ini kenapa ponakan saya dipukulin begini pada berdarah gini?' Kalau dia membunuh anak saya, saya tidak terima, kalau anak saya meninggal, saya ikhlas, biar dia tenang. Saya nggak terima anak saya diperlakukan kaya binatang. Karena perginya sehat," ungkap dia.

Maspupah mengatakan Yadi adalah tulang punggung keluarga setelah suaminya meninggal. Yadi juga sudah memiliki dua anak yang masih kecil. Dia menuntut tanggung jawab atas meninggalnya Yadi.

"Ya kalau anak saya meninggal secara nggak wajar gitu, tanggung jawab dong. Kalau anak saya meninggal, saya ikhlas. Tapi kalau memang dibunuh sama dia, saya nggak terima," tutur Maspupah.

RS Polri Sebut Tak Ada Darah

Diketahui, Yadi ikut demo di sekitar DPR pada Kamis (26/9). Tim Forensik RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, mengaku tidak menemukan bercak darah selama menangani jasad Maulana Suryadi. Hasil pemeriksaan RS Polri Kramat Jati menyatakan Yadi meninggal karena sesak napas. Pernyataan tersebut menjawab beredarnya kabar bahwa Yadi menjadi korban kekerasan peristiwa bentrokan fisik demonstran dengan aparat di kawasan Senayan, Jakarta Pusat.

"Saat saya terima di kamar mayat, tanda kekerasan saja tidak ada. Badannya bersih, kepala dan badan bersih. Tidak ada jejak kekerasan seperti darah," kata Kepala Instalasi Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Kombes Edi Purnomo, melalui sambungan telepon kepada Antara, Kamis sore.

Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan ibu kandung Yadi, Maspupah, sempat mengecek kondisi jenazah korban di RS Polri. Dia mengklaim tidak ada tanda kekerasan di tubuh korban.

"Ibu kandung melihat sendiri jenazah anaknya di RS Polri," kata Argo saat dimintai konfirmasi oleh detikcom, Kamis (3/10/2019).
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads