"Terus cium tangan, maafin Yadi ya bu, cium tangan lagi," kata Maspupah di Jakarta seperti dilansir Antara, Jumat (4/10/2019).
Dengan nada pilu, Maspupah menuturkan Yadi juga sempat memijat badan dirinya seraya terus meminta maaf dan mencium tangan. Maspupah kemudian bercerita tentang peristiwa yang dialami anaknya dari salah satu rekan Yadi, Aldo, yang sempat ditahan polisi pascademo ricuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan penjelasan Aldo, Maspupah menuturkan, saat itu Aldo dan Yadi berdemo di flyover Slipi dan kemudian ditangkap polisi, lalu dimasukkan ke dalam mobil. Di dalam mobil terdapat beberapa orang, kemudian Aldo dan Yadi tidak sadarkan diri. Setelah siuman, Aldo sudah berada di dalam penjara, sedangkan keberadaan Yadi tidak diketahui.
Selanjutnya, kata Maspupah, polisi menghubunginya menanyakan keberadaannya. Saat itu Maspupah sudah berada di rumah sepulang kerja. Pada Kamis (26/9) sekitar pukul 20.00 WIB, Maspupah mengaku kedatangan delapan orang yang menumpang dua mobil dan diperlihatkan jasad Yadi.
"Polisi ngajak makan dulu. Nggak ah makasih, udah kenyang. Polisi bilang Maulana sudah nggak ada, sabar ya. Saya kaget, nangis. Orang dia masih keadaan sehat," ujar Maspupah.
Maspupah juga sempat ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk mengurus jasad Yadi dengan disodori surat pernyataan mengenai penyebab kematian Yadi. Menurut Maspupah, surat pernyataan itu berisi Yadi meninggal dunia akibat terkena gas air mata dan penyakit asma.
"Habis itu saya dipanggil sama polisi ke kamar, ngasih amplop buat urus biaya jenazah Yadi, Rp 10 juta. Saya nggak banyak omong, takut," tutur Maspupah.
Maspupah kemudian mengaku melihat jasad Yadi yang mengeluarkan darah dari telinga, bahkan sempat menanyakan hal itu. Namun jawaban dari petugas, kata Maspupah, darah itu disebabkan oleh penyakit asma.
Saat jenazah dimakamkan pun, menurut Maspupah, tidak ada petugas kepolisian yang hadir dan jasad mengeluarkan darah. Wanita berusia 50 tahun itu mengungkapkan teman Yadi bernama Aldo sempat mendekam di penjara selama tiga hari dan membantah ikut demo.
"Dia cerita bukan demo, cuma lihat," tutur Maspupah.
Ibu korban menyatakan tidak terima jika Yadi dipukuli hingga meninggal dunia karena dituduh ikut demo yang berujung ricuh.
"Dunia akhirat saya tidak terima. Tapi kalau anak saya meninggal karena dari Allah, saya ikhlas," ujar Maspupah.
Wanita yang bekerja menjaga lahan parkir itu mengakui putranya mengidap asma karena turunan dari sang ayah, bahkan terkadang Yadi merasakan sesak napas saat kambuh. Maspupah mengatakan suaminya sudah meninggal dunia, sehingga Yadi menjadi tulang punggung untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Ibu Maulana Lihat Darah
Di lain kesempatan, Maspupah menyatakan pada jenazah Maulana ditemukan banyak bekas luka benturan benda tumpul serta kuping dan hidung almarhum juga terus mengeluarkan darah, bahkan hingga saat akan dikebumikan.
"Nggak mungkin, masa meninggal karena asma sampai mengeluarkan darah dari hidung dan kuping begitu," kata dia seperti dikutip dari Antara.
Menurut Maspupah, Maulana mengikuti demonstrasi pelajar karena diajak rekannya yang bernama Aldo dan mengaku sempat melarang anaknya itu mengikuti demonstrasi, tapi diabaikan.
Tim Forensik Nyatakan Tak Ada Darah
Sementara itu, tim forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, mengaku tidak menemukan bercak darah sedikit pun selama menangani jasad Maulana Suryadi (23) yang diduga tewas dalam kericuhan demonstrasi di DPR RI, Rabu (25/9).
"Saat saya terima di kamar mayat, tanda kekerasan saja tidak ada. Badannya bersih, kepala dan badan bersih. Tidak ada jejak kekerasan seperti darah," kata Kepala Instalasi Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Kombes Pol Edi Purnomo, melalui sambungan telepon kepada Antara, Kamis sore.
Pernyataan tersebut menjawab beredarnya kabar bahwa Maulana menjadi korban kekerasan peristiwa bentrokan fisik demonstran dengan aparat di kawasan Senayan, Jakarta Pusat.
Bahkan dalam posting-an gambar di sejumlah media sosial, jasad Maulana yang tengah dikubur di salah satu TPU di Jakarta mengeluarkan rembesan darah pada bagian tempurung kepala yang dibungkus kain kafan.
Edi menepis beredarnya kabar bahwa Maulana tewas akibat tindak kekerasan saat kericuhan berlangsung.
Edi beranggapan rembesan darah itu sebagai gejala wajar orang yang meninggal dunia.
"Viral video ada darah keluar, kalau orang meninggal memang seperti itu, keluar darah karena pecahnya pembuluh darah, karena faktor pembekuan. Makanya, jenazah yang dikafani ditutup lubang-lubangnya dengan kapas," katanya.
Halaman 2 dari 3