"Sebetulnya saya sudah ikhlas. Saya cuma mau minta barang dan motor saya kembali dan polisi mau bertanggung jawab sama luka saya. Udah itu saja. Saya nggak ada dendam dan benci," kata Ghifari saat dihubungi detikcom, Jumat (4/10/2019).
Ghifari tak ambil pusing soal pelaku pemukulannya. Dia percaya, bahwa hukuman di akhirat itu ada. Inilah yang dia maksud dengan ikhlas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ghifari pun enggan melaporkan kasus penganiayaannya ke Divisi Profesi dan Pengamanan (Div Propam) polisi. Pasalnya, masalah penganiayaan ini juga terkait dengan oknum polisi.
"Percuma saja kalau ngadunya ke polisi lagi. Kan saya aja punya masalahnya sama polisi," ujarnya.
Kendati demikian, dia mengatakan bahwa pihak BEM kampus Unindra akan melaporkan hal ini ke Polda dan meminta pertanggungjawaban. "Dari pihak BEM kampus niatnya hari ini mau ke Polda menanyakan barang dan kendaraan saya. Serta mau minta pertanggungjawaban atas luka saya," imbuhnya.
Sebelumnya, video yang menunjukkan seorang mahasiswa dengan luka di tubuhnya tersebar di media sosial. Ghifari mengaku dipukul benda tumpul, kayu dan bambu oleh polisi dalam perjalanan dari lokasi demo 30 September 2019 hingga di tempat pemeriksaan di Polda Metro Jaya. Ghifari juga kehilangan telepon genggam dan sepeda motornya.
Ghifari mengatakan demo yang ia ikuti merupakan aksi damai. Dia memastikan bahwa dirinya tidak melakukan perusakan fasilitas publik atau tindakan anarkistis lainnya. Ghifari sendiri merupakan tim logistik dalam aksi itu.
Polisi kemudian berusaha mengecek soal kebenaran video pengakuan Ghifari tersebut. Polisi akan menindak tegas apabila terbukti penganiayaan itu dilakukan oleh polisi. Selain itu, polisi menyarankan Ghifari untuk melaporkan kasusnya ke polisi.
"Jika mahasiswa itu merasa dirugikan, silakan buat laporan," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono kepada detikcom, Kamis (3/10/2019).
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini