Dari toko kelontongnya, di awal pekan 23 September, Nani melihat kepulan asap membubung. Nani bersama suami yang menetap di Jl Hom-hom, Wamena, sudah merintis usaha lewat toko ini sejak 17 tahun lalu.
"Semua sudah dibakar, langsung toko kami juga akhirnya dibakar," kata Nani saat ditemui detikcom di Lanud Hasanuddin, Maros, Sulsel, Rabu (2/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lalu kami sembunyi di rumah orang Wamena itu. Tapi di sana kita dikepung juga," tutur Nani.
Nani masih ingat betul kelompok yang membuat kerusuhan. Kelompok ini berseragam SMA.
"Itu sudah enggak punya hati. Yang mengepung kami ini orang demo ini yang kepung kami pakai baju SMA tapi sudah tua semua mukanya," kata dia.
Beruntung, Nani dan warga lainnya ditolong penduduk lokal. Warga lokal meminta Nani untuk naik kendaraan dan dibawa ke Polsek setempat.
"Tapi tetap tidak aman di Polsek. Lalu kami dibawa ke Polres. 3 hari di sana, kami segera mendaftar untuk dibawa ke Jayapura," ujarnya.
"Saya belum pikir kembali ke sana. Saya pulang dululah ke kampung," kata Nani.
Pengalaman berhadapan dengan kerusuhan juga dialami Hartina (51). Saat kerusuhan yang dilakukan kelompok berbaju SMA, Hartina bersama anak dan keponakannya bersembunyi di dapur.
"Habis itu ada rusuh rusuh saya tutup kiosnya. Tidak lama 10 menit dia lempar lempar batu kita punya rumah. Batu batu besar sekali, sampai hancur. Lalu ada 10 menit datang lagi massa langsung dibakar," katanya.
Tetangga menyelamatkan Hartina. Dia diminta melompat pagar untuk bersembunyi.
"Saya merayap untuk menyelamatkan diri. Lalu kita panjat itu pagar seng. Kami luka dan rumah sudah terbakar semuanya. Kami mengungsi 6 orang. Kami rela tinggalkan Wamena, apalagi yang ada di sana? Semua sudah hangus terbakar," kata Hartina.
Simak Video "Pijar Lilin Hiasi Monas, Warga Gelar Aksi Solidaritas untuk Wamena"
(fiq/fdn)