Ananda Badudu Ungkap soal Alasan hingga SOP Penyaluran Dana ke Mahasiswa

Ananda Badudu Ungkap soal Alasan hingga SOP Penyaluran Dana ke Mahasiswa

Farih Maulana Sidik - detikNews
Rabu, 02 Okt 2019 00:19 WIB
Ananda Badudu setelah diperiksa polisi. (Samsuduha/detikcom)
Jakarta - Ananda Badudu menjelaskan soal penggalangan dana yang hasilnya ditransfer ke mahasiswa untuk aksi di depan Gedung DPR. Ananda tergerak lantaran melihat kondisi negara yang menurutnya dalam keadaan tidak baik.

"Sejak isu Papua di asrama Surabaya terjadi saya ada perasaan seperti, aduh kok bisa gini ya? Terus eskalasinya seperti itu pula dan perasaan tidak bisa berbuat apa-apa, itu perasaan tidak berdaya, itu semakin membuat saya pribadi semakin down. Maksudnya dengan adanya permasalahan yang ada tapi kita tak bisa berbuat apa-apa malah jadi semakin resah, resah kuadrat," tuturnya di Gedung Tempo, Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (1/10/2019).

"Sampai kemudian masalah mengeskalasi dan pada semingguan belakangan ini jadi klimaks saya merasa ini harus berbuat sesuatu, apa pun bentuknya saya harus berbuat sesuatu," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Singkat cerita, Ananda kemudian mengumpulkan dana melalui platform kitabisa.com. Dalam hitungan hari, dana yang digalang terus bertambah, hingga akhirnya Ananda menghentikan sumbangan dana di angka Rp 175 juta.

"Setelah dihentikan pun masih banyak yang tanya ini bisa dibuka lagi nggak sih donasinya karena banyak yang mau donasi. Waktu itu diputuskan untuk tidak dibuka lagi karena sebelum ditetapkan peruntukan untuk apa kami tidak mau nerima dana dulu," jelasnya.



Transfer ke mahasiswa

Ananda kemudian menjabarkan soal transferan duit ke mahasiswa. Dia mengatakan uang hasil penggalangan dana itu tidak secara asal dibagikan ke mahasiswa. Dia membuat peraturan agar duit yang terkumpul bisa tersalurkan secara tepat ke mahasiswa.

"SOP-nya adalah tiap kali mahasiswa mendapatkan transfer dana mereka mengumumkan pada teman-temannya. Jadi bukan cuma orang yang ditransfer saja yang tahu, jadi kami minta dia bikin video ngumumin ke teman-temannya bahwa mereka dapat dana dari kitabisa dari dana publik yang terkumpul sebesar misalnya Rp 10 juta, itu harus mereka siarkan di keramaian," paparnya.

Kedua, Ananda meminta identitas mahasiswa yang dibantu dari sisi pendanaan untuk memastikan dana digunakan dengan tepat. Dia juga selalu meminta dokumentasi berupa foto, apabila kondisi di lapangan para mahasiswa membutuhkan konsumsi.

"Terus sebelum transfer kami meminimalisir transfer langsung ke mahasiswa, kalau bisa kami langsung transfer ke vendor. Jadi mereka cari vendor, kami yang bayar vendornya, jadi bayarnya langsung, bukan ada orang pegang duit di sini, lalu kita belanjain entah di mana, terus baru ditransfer. Tapi bayarnya langsung ke vendor, transfer duitnya langsung ke penyedia jasa dan barang. Itu cara yang pertama kalau langsung ke mahasiswa," ujarnya.

Selain diberikan ke mahasiswa, dana itu juga diberikan kepada relawan yang terjun ke lapangan. Ananda menjelaskan dana di lapangan itu untuk membantu mahasiswa yang membutuhkan bantuan mulai dari segi konsumsi hingga medis.

"Jadi tetap pada semua orang di lapangan itu tim pengelola dana kuitansinya pastikan ada, walaupun dibeli di warung tapi minta si bapak warungnya itu tanda tangan telah mengeluarkan barang sejumlah sekian, untuk ini keperluan ini, jadi jelas dan bisa dipertanggungjawabkan pada publik. Kalau untuk itu saya berani mengatakan bahwa catatan sejauh ini rapi dan bebas dari penyalahgunaan tidak ada yang masuk ke kantor pribadi sama sekali. Untuk itu saya berani mengatakan bahwa yang di lapangan yang terjadi seperti itu," tuturnya.


Sisa uang penggalangan dana

Ananda mengatakan Rp 175 juta hasil penggalangan dan masih tersisa. Uang itu akan dipakai untuk kegiatan kemanusiaan.

Eks vokalis Banda Neira ini menjelaskan, sebelum ditangkap pihak kepolisian, dirinya sudah berencana akan menyampaikan ke publik terkait rincian penggunaan dana hasil penggalangan. Total, uang yang sudah terpakai, lanjut Ananda diperkirakan mencapai Rp 81 juta.

"Terakhir saya kasih tahu penggunaannya Rp 81 juta ya, kalau nggak salah nanti bisa cek lagi di Twitter. Tapi karena tiba tiba saya dijemput Polda jadi saya tidak bisa kasih laporan itu. Sekarang buat teman-teman saya mau kasih saran aja ya, detailnya ada tapi itu sekarang sedang ditangani tim nanti saya ceritakan lebih spesifik soal tim yang menangani dana yang tersisa. Kasarnya sisa dana ada sekitar Rp 40 sampai Rp 50 juta," terangnya.



Uang sisa puluhan juta itu, kata Ananda, dititipkan ke tim khusus yang sudah dipercaya. Dia menegaskan uang itu akan dipakai untuk tujuan kemanusiaan terkait aksi reformasi dikorupsi.

"Sudah dipastikan dana itu tidak akan dipakai untuk keperluan lain selain untuk tujuan-tujuan kemanusiaan terkait aksi reformasi dikorupsi yang terjadi di seluruh kota-kota besar seluruh Indonesia. Soal teknis seperti apa, saya saat ini baru bisa cerita garis besarnya, belum bisa cerita detail karena masih harus diskusi dalam tim. Yang jelas sisa dana yang masih ada alokasinya diprioritaskan untuk tujuan-tujuan kemanusiaan. Yang paling utama adalah keperluan medis," ujarnya.

Cucu dari JS Badudu ini mengatakan, pihaknya fokus untuk memberikan bantuan kepada mahasiswa yang sampai saat ini masih dirawat di rumah sakit. Ananda dan tim terus melakukan penyisiran terhadap korban demo yang berujung ricuh itu.

"Kami tetap menyisir korban-korban yang ada kebutuhannya apakah sudah aman ditangani atau belum apakah masih butuh dana dan itu akan di-list dan dibikin daftar prioritas dan alokasinya kepada yang utamanya akan pada yang diprioritaskan," paparnya.
Halaman 2 dari 3
(idn/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads