Viral Video Ambulans Ditembak Gas Air Mata, Ini Penjelasan Polri

Viral Video Ambulans Ditembak Gas Air Mata, Ini Penjelasan Polri

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Selasa, 01 Okt 2019 16:36 WIB
Video polisi kejar dan tembak gas air mata ke arah ambulans (Screenshot video viral)
Jakarta - Video ambulans yang ditembaki gas air mata beredar di media sosial. Dalam video tersebut tampak sejumlah anggota polisi mengejar ambulans dan sempat ada yang menembakkan gas air mata.

Dalam video tersebut tampak satu unit mobil ambulans ada di persimpangan lampu merah. Pintu belakang dan samping ambulans tersebut terlihat terbuka.

Di saat bersamaan, ada iring-iringan anggota polisi yang menggunakan sepeda motor dari arah berlawanan. Beberapa anggota polisi mendekat ke arah tersebut. Tampak ada polisi yang mendatangi pintu samping ambulans tersebut. Tak lama kemudian, ambulans itu melaju kencang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Video berdurasi 23 detik ini diambil dari salah satu gedung tinggi di lokasi tersebut. Polisi terlihat melepaskan tembakan gas air mata ke arah ambulans yang melaju tersebut.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo memberi penjelasan terhadap video tersebut. Menurut Dedi ada pihak yang memang ingin membuat provokasi kemudian video yang berkaitan dengan penindakan polisi disebar di media sosial hingga jadi viral.

Padahal kenyataan di lapangan, kadang ada perusuh yang masuk ke dalam ambulans, rumah sakit, hingga tempat ibadah. Kemudian video penindakan polisi tersebut disebar di media sosial dengan narasi provokatif.




"Jadi gini, rakan-rekan sudah paham betullah. Mereka selalu memprovokasi petugas, masuk rumah sakit, masuk ambulans, tempat ibadah, masuk fasilitas publik, nanti ketika polisi masuk ada bagian yang menviralkan," ujar Dedi di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (1/10/2019).

Dedi menyebut ada kelompok-kelompok yang telah membagi tugas seperti ada yang membuat provokasi dan ada yang mengunggah dan menyebarkan di media sosial dengan narasi yang provokatif. Dedi menyebut, narasi provokasi itu dibuat guna membakar emosi masyarakat.

"Udah ada membuat videonya, sudah ada bagian yang menfoto. Itu sudah ada tugasnya masing-masing kelompok itu. Diviralkan, dibuat narasi, upload di media sosial, membakar lagi masyarakat, mengagitasi masyarakat," jelas Dedi.


Namun demikian, Dedi berharap masyarakat tidak terpancing provokasi tersebut. Menurutnya, masyarakat sudah tahu pola provokasi yang dilakukan guna membakar emosi masyarakat.

"Saya rasa masyarakat sudah makin cerdas pola-pola yang digunakan kelompok tersebut," lanjutnya.
Halaman 3 dari 2
(lir/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads