"Untuk update data sementara perusuh yang diamankan oleh Polda Metro Jaya, dan Polres Metro jajaran dari tanggal 30 (September) sampai 1 Oktober, jumlah 258 orang untuk Krimum, kemudian Krimsus ada 40 orang, dan Rektorat Narkoba 82, jadi jumlah di Polda ada 380 orang," ujar Karo Penmas Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (1/10).
"Polres Jakut ada 36 orang, Jakpus 63 orang, Jakbar 170 (orang). Jadi, untuk sementara total perusuh yang diamankan 649 orang," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Dedi mengaku polisi belum bisa memastikan status 649 orang yang diamankan ini, apakah mereka berstatus mahasiswa atau pelajar. Menurutnya, seorang pendemo yang belum membubarkan diri pukul 18.00 WIB berpotensi menjadi perusuh.
"Ini belum (pastikan mahasiswa atau pelajar), karena ini... Jadi perlu saya sampaikan juga, kalau mahasiswa dan pelajar insya Allah demonya pasti akan damai. Kan ini ketika kita bicara oknum, dan kita sudah menyampaikan berulang kali, kalau demo lebih dari jam 18.00 ke atas, sudah dapat dipastikan sudah menjelma menjadi perusuh," ucapnya.
Dedi juga mengungkapkan ada 209 orang terduga perusuh dilarikan ke rumah sakit karena luka-luka. Tak hanya terduga perusuh, Dedi mengungkapkan ada 41 orang anggota polisi yang mengalami luka saat ini mereka masih dalam penanganan rumah sakit.
"Jumlah korban anggota polri yang mengalami luka 41 orang, perusuh 209 orang. Semua masih dalam luka-luka ringan, masih dalam proses penanganan medis oleh beberapa rumah sakit. Ada di RS Polri, RS AL, Pelni, RSPP, Bidokkes, kemudian RS Bakti Mulya, juga klinik DPR MPR," katanya.
Dedi juga mengimbau masyarakat agar tidak melakukan provokasi di media sosial. Dia meminta masyarakat tidak ikut melakukan propaganda atas kerusuhan yang terjadi akhir-akhir ini.
"Masyarakat Jakarta sudah jenuh juga dengan kondisi kerusuhan seperti ini. Kita mengimbau kepada masyarakat untuk tidak provokasi dengan berita yang sengaja diviralkan di media sosial. Propaganda, agitasi kemudian munculkan rasa kebencian baik terhadap institusi maupun terhadap pihak lain. Ini pola propaganda adu domba ini yang dilakukan oleh oknum tertentu," ucap Dedi.
Halaman 2 dari 2