Sekondan Soeharto di Pusaran G30S/PKI

Sekondan Soeharto di Pusaran G30S/PKI

Pasti Liberti Mappapa - detikNews
Senin, 30 Sep 2019 19:15 WIB
Foto ilustrasi: potret Soeharto (Repro. buku Basoeki Abdullah, Sang Hanoman Keloyongan)

Setelah bebas dari tahanan, Latief menjalani pelatihan Seinendan di Pusat Latihan Pemuda Chu O Seinen Kun Ren, Jakarta. Setelah revolusi meletus, ia selalu berada di garis depan sejumlah medan tempur. Mulai dari November 1945 di Surabaya kemudian bergerilya di Front Selatan Jawa Timur. Latief lalu dipromosikan ke Yogyakarta, untuk menjabat Kepala Staf Operasi Brigade IV yang wilayah tugasnya meliputi Wonosobo-Temanggung.

Bertugas di Yogyakarta membuat Latief bertemu Soeharto. Ia termasuk perwira yang memainkan peranan kunci saat Serangan Umum 1 Maret 1949. Latief mencatat dalam pleidoinya, ia diperintahkan Soeharto menyerang daerah Malioboro saat 1 Maret 1949. Latief dan Soeharto pun bersama-sama melakukan operasi militer di Makassar saat menumpas pemberontakan Andi Aziz pada 1950.



Soeharto secara khusus juga pernah dua kali meminta Latief membantunya. Pertama kali saat Soeharto menjabat sebagai Komandan Resimen XIV di Salatiga, Jawa Tengah. Latief diminta "menertibkan" Batalyon 408 yang mayoritas anggotanya warga keturunan Madura asal Jember, Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi. "Saya bisa bahasa Madura, sehingga ditugaskan membantu mengendalikan mereka," ujar Latief dalam G30S Fakta atau Rekayasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua, semasa persiapan penyerbuan Irian Barat pada awal 1962, Soeharto yang juga Panglima Komando Operasi Mandala meminta Latief menjabat salah satu Komandan Brigade Para. Namun Latief lebih dulu menerima perintah masuk Sekolah Staf dan Komandan Angkatan Darat (Seskoad). "Latief sejak di Yogya memang selalu di bawah Soeharto," ujar pengamat militer, Aris Santoso pada detikcom.



Latief sendiri mengaku anak buah langsung Soeharto sejak bertugas di Yogyakarta. Nomor Registrasi Pokok (NRP) keduanya berurutan. "NRP saya 10685, sedangkan NRP Pak Harto 10684, jadi saya selalu menempel di belakangnya. Tahun 1948 Pak Harto dengan pangkat Letkol memimpin sektor Purworejo dan Gombong. Sementara saya, dengan pangkat Mayor di Wonosobo dan Temanggung. Wilayah tugas kami menempel," ujar Latief.

Sekondan Soeharto di Pusaran G30SFoto ilustrasi: Soeharto (Sudrajat/detikcom, repro dari buku Pak Harto untuk Indonesia)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads