Namun menurut Soeharto laporan tersebut tidak ada hubungannya dengan dirinya. "Semua tahu, selaku Komandan Brigade Djaja Sakti, atasan langsungnya sekaligus tempatnya melapor adalah Panglima Kodam V/Djaja. Saya sebagai Panglima Kostrad tidak punya hubungan struktural dengan dirinya. Oleh karena kesatuannya buka slagorde Kostrad. Lantas, untuk apa dia harus melapor pada diri saya?"
Soeharto pun menuduh Latief pernah bergabung dengan laskar Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) yang berideologi kiri. "Setelah peristiwa Madiun, dia (Latief) bisa menyusup ke Jawa Tengah, lantas menggabungkan diri kepada TNI..," kata Soeharto. Tuduhan ini kemudian dipakai oditur dalam Mahmilti. Latief pun disebut terlibat dalam Peristiwa Madiun 1948. Meski kemudian dibantah oleh Latief, karena jauh sebelum Peristiwa Madiun meletus, ia sudah bertugas di Jawa Tengah.
Aris Santoso menyebut Soeharto memang berusaha mengingkari kedekatannya dengan Abdul Latief. "Logikanya kalau tidak ada keperluan untuk apa Latief melaporkan pada Soeharto," ujanya. Latief akhirnya dijatuhi hukuman seumur hidup. Ia dibebaskan ketika rezim Soeharto tumbang pada 6 Desember 1998 dan meninggal dunia April 2005 akibat penyakit paru-paru yang dideritanya.
(pal/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini