Pemprov Jambi: Banyak Buka Lahan Dibakar, Kesadaran Harus Ditingkatkan

Pemprov Jambi: Banyak Buka Lahan Dibakar, Kesadaran Harus Ditingkatkan

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Senin, 23 Sep 2019 17:26 WIB
Suasana Kota Jambi yang diselimuti kabut asap di Jambi, Jumat (13/9) (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)
Jakarta - Pemerintah Provinsi Jambi menyebut mayoritas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayahnya merupakan milik masyarakat setempat. Pemprov Jambi mengimbau agar warga tidak membuka lahan dengan cara dibakar.

"Memang masih rendahnya kami rasa kesadaran masyarakat kita. Karena kita lihat sesungguhnya kebakaran lahan ini banyak yang terbakar itu adalah lahan masyarakat," ujar Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jambi, A Pani Saharudin, saat diskusi 'Tanggap Bencana Karhutla' di Kemkominfo, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (24/9/2019).

Pani mengatakan pihaknya terus meminta masyarakat agar tidak membuka lahan pertanian dengan cara dibakar. Pani menyebut Pemprov Jambi akan meningkatkan upaya sosialisasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Oleh karena itu kami sesungguhnya dari pemerintah provinsi telah mengeluarkan Peraturan Gubernur tentang Larangan Membuka Lahan dengan Membakar Lahan. Kemudian kita sosialisasi bagaimana membuka dengan tidak membakar. Kesadaran masyarakat ini memang harus kita tingkatkan," kata Pani.

Pani menjelaskan bahwa masyarakat Jambi masih melalukan pembakaran saat membuka lahan baru. Ini dilakukan karena membakar lebih murah daripada membuka lahan menggunakan alat berat.


Diskusi 'Tanggap Bencana Karhutla' di KemkominfoDiskusi 'Tanggap Bencana Karhutla' di Kemkominfo (Lisye Sri Rahayu/detikcom)

"Banyak masyarakat melakukan pembakaran, karena dengan cara membakar lebih murah dibandingkan dengan alat-alat berat," imbuhnya.


Sementara itu, Deputi Bidang Sistem dan Startegi BNPB Bernandus Wisnu Widjaja menyebut mayoritas penduduk yang merupakan petani masih membuka lahan dengan cara membakar. Akibatnya timbul karhutla hingga terjadinya kabut asap. Dia mengatakan pola membuka lahan tersebut mesti diubah.

"Permasalahan yang sangat mendasar adalah masalah mata pencaharian masyarakat. Untuk itu kami juga menggandeng beberapa pengusaha untuk bagaimana mengubah pola hidup masyarakat supaya mereka tidak membakar," kata Wisnu.

Wisnu mengatakan saat ini BNPB tengah berusaha mencari tanaman yang cocok di lahan gambut. Seperti pertanian sagu.


"Kita sesuaikan tanaman yang harus ditanam di sana sesuai dengan tanaman yang memang habitat di gambut. Ada penelitian bahwa sagu bisa dirubah menjadi gula yang lebih baik daripada jagung," lanjutnya.

Wisnu juga mencontohkan pertanian sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Menurutnya dengan adanya tanaman sagu sebagai salah satu mata pencaharian masyarakat, sehingga dapat mengurangi pembukaan lahan pertanian dengan membakar hutan.

"Kemudian Meranti yang tahun 2015 kami sepakat mereka menghasilkan sagu mata pencaharian mereka dirubah mereka tidak membakar hutan. Hal ini akan kita dorong supaya bisa mengatasi secara permanen mengatasinya harus dengan permanen," kata dia.
Halaman 2 dari 2
(lir/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads