Aksi tersebut digelar tepat di depan tulisan Pantai Losari, Sabtu (21/9/2019), menjelang matahari terbenam. Para warga, mulai dari ibu-ibu hingga anak-anak ikut menyaksikannya.
"Tarian Pakarena ini menggambarkan tentang bidadari yang turun dari langit, juga disebut sebagai Tumanurung (orang yang dipercaya sebagai utusan dewa) yang turun ke bumi mengajarkan kehidupan bermasyarakat yang di antaranya cara bercocok tanam, bertani, dan lainnya. Dan yang digambarkan sebagai Tumanurung di sini adalah perempuan," kata salah seorang panitia, Lusia Palulungan menjelaskan filosofi Tari Pakarena.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Lusia menyebut flash mob tari tradisional ini merupakan yang kesekian kalinya. Sebelumnya, flash mob perah digelar di berbagai daerah, di antaranya Jakarta dan Medan.
"Jadi dulu di DKI (Jakarta) yang menantang Bandung, kemudian Medan, Medan menantang Jember dan Makassar, kemudian Makassar menantang Bengkulu," sebutnya.
"Semua ini dilakukan secara swadaya, menunjukkan bahwa masyarakat Sulawesi Selatan terpanggil untuk sama-sama membangun kebersamaan dalam keberagaman," imbuhnya.
Salah seorang turis asal Inggris, Luci (28), mengaku terpesona melihat aksi tersebut. Menurutnya, kegiatan ini menjadi semakin menarik karena digelar menjelang matahari terbenam.
"Ini indah sekali, menari dengan latar masjid (masjid 99 kubah), sunset, ini indah dan penuh warna-warni," ujar Luci.
![]() |
Luci mengaku sudah mengunjungi beberapa daerah di Indonesia. Namun, ia mengaku baru melihat aksi flash mob tari tradisional Indonesia di Makassar.
"Saya baru tiba (di Makassar) kemarin (Jumat). Saya sudah dari Jawa, Bali, Lombok, Sumatera, tapi saya tidak pernah lihat yang ini," jelasnya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini