Mursid Rela Naik Turun Bukit demi Sinyal agar Bisa Jual Online Produk Baduy

Mursid Rela Naik Turun Bukit demi Sinyal agar Bisa Jual Online Produk Baduy

Bahtiar Rifa'i - detikNews
Sabtu, 21 Sep 2019 13:27 WIB
Mursid, pemuda Baduy yang berjualan online. (Bahtiar/detikcom)
Lebak - Warga Baduy Luar di Kampung Cempaka, Mursid mengatakan jualan online warga Baduy untuk sebagian orang sudah biasa. Termasuk dia yang sudah menggeluti jualan online di media sosial Instagram.

Karena tanah ulayat Baduy dilarang menggunakan listrik, setiap hari ia harus naik turun bukit untuk mengisi daya handphone. Saat jualan di kampung Baduy, ia juga harus ke bukit demi sinyal agar jualannya lancar.

"Sinyal kurang bagus, harus cari sinyal ke bukit di belakang rumah. Kalau mau bagus, turun ke Ciboleger. Kesulitannya di sinyal dan ngecas di Ciboleger," ujar Mursid saat berbincang dengan detikcom di Lebak, Banten, Sabtu (21/9/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Di medsosnya yang sekarang diikuti 4.400-an orang, Mursid paling banyak menjual hasil tenunan warga khas Baduy. Tenun produk sini dibuat bukan sembarangan. Untuk beberapa jenis dibuat dengan ritual khusus. Selain itu, ada produk yang menggunakan pewarna alam dari pepohonan di Baduy.

Menurut Mursid, ada jenis tenun yang cukup lama dibuat secara khas di Baduy, namanya tenun Sapu Tangan dan Aros. Jenis ini hanya dibuat paling banyak oleh 5 orang di seluruh kawasan Baduy. Dibuat oleh perempuan Baduy dengan berbagai pantangan seperti tidak boleh dibuat saat berhalangan dan hanya dibuat di dalam rumah dan dilarang dibuat di hari-hari yang dilarang oleh adat.

"Ada ritualnya, mau bikinnya bakar kemenyan," kata Mursid.



Selain dua jenis itu, beberapa tenun Baduy, seperti Suat Songket, Adu Mancung, dan Samping Poleng Kacang Herang, juga laku dijual di media sosial. Kebanyakan yang memesan tertarik dengan tenun yang memiliki pewarna alam.

Jualan online yang ia lakukan, lanjut Mursid, juga membantu perekonomian warga di sekitar rumahnya. Tidak hanya ia dan istrinya yang membuat dan menjualkan tenun, ia juga memanfaatkan sesama orang Baduy membuat tenun dan memasarkannya di media sosial.


Di samping itu, aktivitas jual online tenun ataupun kerajinan khas Baduy pun belakangan dilakukan oleh sebagian warga. Namun, menurutnya, mereka tidak meninggalkan kewajiban adat untuk bertani dan menjaga alam

"Di kampung saya, yang menenun aja ada 8 keluarga, jualannya harus ada yang ngebantu. Kecuali emang mau jualan sambil menunggu pengunjung datang ke Baduy," pungkasnya.
Halaman 2 dari 2
(bri/knv)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads