Ramai Lagi Broadcast 'Pancing' Hujan Pakai Baskom Air Garam, BMKG: Hoax!

Ramai Lagi Broadcast 'Pancing' Hujan Pakai Baskom Air Garam, BMKG: Hoax!

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Rabu, 18 Sep 2019 15:10 WIB
Ilustrasi Hujan (GettyImages)
Jakarta - Beredar pesan berantai di aplikasi perpesanan yang berisi ajakan untuk memancing hujan dengan air garam. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan pesan itu hoax.

Berikut ini bunyi broadcast yang beredar di grup-grup WhatsApp:

Darurat Kemarau Panjang !!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sediakan baskom air yang dicampur garam dan diletakkan diluar rumah, biarkan menguap, jam penguapan air yang baik adalah sekitar pukul 11.00 s.d jam 13.00, dengan makin banyak uap air di udara semakin mempercepat Kondensasi menjadi butir air pada suhu yang makin dingin di udara.

Dengan cara sederhana ini diharapkan hujan makin cepat turun, semakin banyak warga yang melakukan ini di masing-masing rumah, ratusan ribu rumah maka akan menciptakan jutaan kubik uap air di Udara.

Lakukan ini satu rumah cukup 1 ember air garam, sabtu jam 10 pagi serempak..

Mari kita sama2 berusaha utk mnghadapi kemarau kian parah ini.. >:|<

Mohon diteruskan..
Terima kasih

Broadcast tersebut bukan kali ini saja beredar. Pada 2015, ajakan memancing hujan dengan baskom berisi air garam juga muncul. BMKG memastikan ajakan ini tidak benar.

"Oh iya, ini hoax sudah berjalan 2-3 tahun yang lalu, pada saat musim kemarau," kata Kasubid Analisis Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi saat dihubungi detikcom, Rabu (18/9/2019).


Adi lantas menjelaskan bahwa mekanisme memancing hujan dengan baskom itu mustahil. Apalagi jika dibandingkan dengan laut Indonesia yang sangat luas. Sebab, sebagaimana diketahui, air laut mengandung garam.

"Tidak mungkin menciptakan hujan dengan mekanisme mikro menggunakan satu ember air dikasih garam tiap rumah dan ajakan jutaan rumah dengan harapan akan ada jutaan meter kubik uap air, berapa banyak sih air seember itu? Berapa banyak juga yang menguap ke atas akan sangat kecil sekali dibanding dengan laut kita yang sangat-sangat luas dan air nya sangat-sangat banyak," jelas Adi.

"Artinya laut kita yang luas, nggak usah dikasih garam sudah asin aja belum bisa menghasilkan uap air atau awan-awan hujan pada periode musim kemarau ini," lanjutnya.

Selain itu, Adi mengatakan, untuk mendatangkan hujan tak hanya membutuhkan proses penguapan, tapi juga ada syarat-syarat lain untuk membentuk awan hujan.

"Syarat-syarat terbentuknya awan hujan, selain penguapan, kelembapan udara yang mendukung, juga pola angin yang mengarahkan uap air agar terkumpul atau konvergen untuk mendukung kondensasi menjadi awan-awan hujan," tuturnya.


Berdasarkan catatan detikcom, pada 2015, pesan berantai yang sama pernah beredar saat kemarau panjang melanda. Kala itu, BPPT juga menangkis hoax tersebut. BPPT menyebut proses memancing hujan tak sesederhana itu.

"Dengan 1 ember air tiap rumah dan ajakan ratusan ribu rumah, berharap ada jutaan meter kubik uap air. Dengan asumsi 1 ember sama dengan 10 liter air, maka total air yang hendak diuapkan hanya ribuan meter kubik. Diperlukan ratusan juta ember untuk mendapatkan jutaan meter kubik. Itu pun jika semua air yang ditempatkan di ember menguap semua. Dan dipastikan tidak akan mungkin," kata Peneliti Meteorologi Tropis BPPT Tri Handoko Seto dalam keterangannya, Sabtu (12/9/2015).


Kemarau Panjang, Warga Ciamis Salat Minta Hujan:

[Gambas:Video 20detik]


Ramai Lagi Broadcast 'Pancing' Hujan Pakai Baskom Air Garam, BMKG: Hoax!
(rdp/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads