Camat Tambusai, Muamer Ghadafi, mengatakan tempat penyeberangan ini sengaja dibuat warga untuk memangkas jarak tempuh desa mereka. Namun aktivitas ini biasanya hanya dilakukan warga yang memiliki kebun sawit.
"Hanya masyarakat yang punya kebun sawit saja yang banyak melintas di sini. Walau yang lainnya tetap menggunakan juga, tapi lebih banyak yang punya kebun sawit. Makanya kalau lagi panen sawit ramai yang menyeberang di situ," kata Muamer saat dihubungi detikcom, Rabu (18/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenarnya, ada jembatan yang menghubungkan dua desa tersebut. Namun jaraknya bisa mencapai 15-20 km. Oleh sebab itu, warga berinisiatif membuat 'flying fox motor' tersebut.
Pemkab Rohul disebut juga siap membangun jembatan, tapi terhalang perizinan pelepasan kawasan hutan dari pemerintah pusat.
"Kalau dibangun jembatan di lokasi itu, dengan sendiri akan membangun jalan. Satu sisi untuk membangun jalan tersebut harus memotong kawasan hutan lindung Mahato," kata Muamer.
Membangun jalan menggunakan kawasan hutan lindung diwajibkan mendapatkan izin pelepasan kawasan hutan dari KLHK. Kondisi inilah yang membuat Pemkab Rohul tidak membangunkan jembatan di lokasi tersebut.
"Bukan Pemkab Rohul tak mau membangunkan jembatan di lokasi itu, namun karena tidak mendapatkan izin pelepasan kawasan hutan," kata Muamer. (imk/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini