"Saya mencoba untuk memparalelkan dari apa yang telah dipaparkan tadi dengan temuan-temuan permasalahan terkini. Sehingga antara teoritis dan nilai praktis ketemu," ujar Wiranto kepada peserta pelatihan di Gedung Lemhannas, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (13/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sehingga saudara-saudara bisa berkembang lagi. Sebenarnya yang ideal itu, ternyata setelah dipraktikkan di lapangan banyak sekali hambatan yang dulunya belum kita pikirkan ternyata menjadi hambatan," lanjutnya.
Dengan demikian, Wiranto mengatakan perlu adanya pendidikan untuk memberikan masukan kepada pemerintah. Sehingga perlu diberikan pelatihan dan pembekalan dalam menjalankan sebuah negara.
"Jadi pembekalan ini awal dari pendidikan dan memberikan masukan kepada pemerintah dan memberikan perkembangan terkini dari kondisi negeri yang kita cintai ini. Menjadikan sumber inspirasi kemudian dikembangkan dan memberikan jawaban," kata dia.
Ada beberapa poin yang diberikan Wiranto kepada peserta pelatihan. Salah satunya adalah persiapan dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Wiranto menilai, teknologi dapat mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat.
"Berbicara mengenai revolusi industri 4.0 saya sepakat sebenarnya akan mengubah secara drastis pola kehidupan masyarakat kita, perilaku dan tata cara masyarakat untuk hidup dalam segala aspek. Kenyataannya memang pemikiran manusia diganti dengan mesin pintar," ucapnya.
Oleh karena itu, Wiranto menyebut perlu adanya pendidikan dalam menghadapi kemajuan teknologi. Di antaranya ada adaptasi, kolaborasi, terobosan baru serta jiwa kepemimpinan.
"Kita sepakat bahwa untuk perilaku itu bisa terukur dan tidak menyimpang dari kaedah dalam konteks negara maka perlu pendidikan dan pelatihan. Kita bisa melakukan adaptasi, kolaborasi dan melakukan inovasi dan terobosan sebagai the change leader untuk level kita," katanya.
Wiranto juga memaparkan kondisi geografis Indonesia yang sangat strategis. Sehingga dibutuhkan kebijakan baru untuk melakukan perubahan.
"Ini menggambarkan posisi geografis kita masih sangat dominan tinggal bagaimana kita menggunakan posisi itu untuk nilai tambah kita. Ini butuh kebijakan baru mencoba untuk melakukan perubahan, out of the box ya," kata dia.
Wiranto juga mengingatkan perlunya memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah di Indonesia. Dia menilai perlunya tenaga ahli untuk mengolah sumber daya alam tersebut.
"Kemudian SDA, saya sepakat bahwa kalau dulu kita mengagumkan SDA, tapi bonus demokrasi akan menjadi beban, makanya bagaimana caranya agar human resources menjadi human capital. Dan kuncinya adalah bagaimana mencerdaskan kehidupan bangsa dan bagaimana mereka membuat keahlian tertentu bersaing dengan negara lain," pungkasnya.
Sementara itu, PPRA ke-59 berlangsung selama 7 bulan, dimulai pada Januari hingga Agustus. Sedangkan, PPSA angkatan 22 berlangsung selama lima setengah bulan, dibuka pada bulan April berakhir pada September 2019.
Jumlah peserta PPRA ke-59 sebanyak 99 orang, terdiri dari pejabat eselon 2 dan 3 dari TNI dan Polri, kementerian dan lembaga, organiasi masyarakat, dan peserta dari beberapa negara sahabat.
Sementara, jumlah peserta PPSA ke 22 sebanyak 80 orang terdiri dari pejabat tingkat eselon 1 dan 2 berasal dari TNI dan Polri, kementerian dan lembaga pemerintah, organisasi masyarakat dan tokoh masyarakat.
Halaman 2 dari 3
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini