"Iya mereka pengangguran, rata-rata memang tidak memiliki pekerjaan," jelas Kapolsek Tanah Abang AKBP Lukman Cahyono kepada wartawan di Blok F Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (7/9/2019).
Lukman mengatakan para pelaku bukan kelompok preman yang terorganisasi. Para pelaku sehari-hari ada di situ dan menjadi juru parkir (jukir) liar hingga 'Pak Ogah'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka ini sifatnya perseorangan yang biasa di Tanah Abang dan memang mereka melihat peluang, sehingga mereka memanfaatkan untuk mencari tambahan uang untuk hidup mereka," tambah Lukman.
Namun aksi para pelaku dilakukan tidak secara sukarela. Mereka meminta uang secara paksa, bahkan menghalang-halangi pedagang yang hendak melintas di lokasi.
"Jadi mereka meminta uang dengan paksa. Jadi ketika dikasih tidak sesuai dengan keinginan mereka, misalnya dikasih Rp 500 mereka menolak, sehingga di situ ada unsur pemaksaan kekerasannya," lanjut Lukman.
Sebelumnya, aksi pemerasan yang dilakukan para pelaku viral di media sosial. Para pelaku menghadang mobil pedagang asal Tasikmalaya yang keluar dari Blok F, lalu meminta uang secara paksa.
Para pedagang Tasikmalaya ini berjualan setiap Senin dan Kamis. Polisi menyebut aksi pemalakan para pelaku ini hanya dilakukan kepada para pedagang asal Tasikmalaya.
"Mereka di jalan ya, mereka tidak mendatangi pedagang ke tempat para pedagang jualan, nggak. Mereka standby di jalan dan dengan modus membantu mengatur lalu lintas terhadap kendaraan-kendaraan para pedagang sehingga mereka meminta imbalan," tandas Lukmas.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini