"Babi memang memiliki kemampuan untuk berenang. Tapi apa iya babi mampu berenang di Selat Malaka puluhan kilometer itu. Inilah yang kita ragukan," kata Kepala BBKSDA Riau, Suharyono, dalam perbincangan dengan detikcom, Jumat (6/9/2019).
Dia mengaku ragu akan klaim tersebut. Suharyono juga mengatakan sulit membuktikan klaim otoritas Malaysia tentang babi hutan dari Indonesia menyeberang ke wilayah mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak Malaysia sebelumnya mengklaim tengah menghadapi persoalan invasi babi hutan via perairan perbatasan Malaysia dengan Indonesia. Seperti dilansir media lokal Malaysia, The Star, Kamis (5/9), Ketua Komisi Pertanian, Berbasis Agro, Pembangunan Kewirausahaan, dan Koperasi Malaka, Norhizam Hassan Baktee, menyebut babi hutan merupakan perenang yang andal.
Namun otoritas Melaka tidak pernah membayangkan jika babi hutan bisa berenang menyeberangi Selat Melaka, tepatnya dari wilayah Sumatera ke wilayah mereka demi mencari habitat baru.
"Pulau Besar yang mistis di sini telah menyaksikan kerusakan meluas dari 'migrasi' belasan ekor babi hutan, termasuk anak babi," ujar Norhizam.
Lebih lanjut disebutkan Norhizam bahwa para nelayan lokal melaporkan penampakan moncong babi di tengah kegelapan di sepanjang garis pantai Melaka hampir setiap malam. "Sekarang Melaka dihuni oleh babi hutan dari Indonesia," tegasnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini