Buka Bimtek Keserasian Sosial, Mensos Ajak Warga Jaga Keberagaman

Buka Bimtek Keserasian Sosial, Mensos Ajak Warga Jaga Keberagaman

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Jumat, 06 Sep 2019 11:45 WIB
Foto: Mensos Agus Gumiwang Kartasasmita (Lisye Sri Rahayu/detikcom)
Jakarta - Menteri Sosial (Mensos) Agus Gumiwang Kartasasmita membuka Bimbingan Teknis (bimtek) Keserasian Sosial tahun 2019. Agus mengimbau masyarakat dan peserta bimtek untuk menjaga keberagaman bangsa dan negara.

"Pilihan tema dari kegiatan ini 'Melalui Keserasian Sosial Kita Jaga dan Rawat Kebhinnekaan Bangsa Indonesia Dalam Bingkai NKRI'. Tema ini memiliki makna yang dalam menyikapi keberagaman suku, agama, ras, kelompok dan golongan sebagai anugerah dari Allah," ujar Agus saat memberikan sambutan di Gedung Aneka Bhakti, Kemensos, Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, Jumat (6/9/2019).

Agus mengatakan, kegiatan keserasian sosial harus dilakukan mulai dari tingkat desa dan kelurahan. Kegiatan yang melibatkan semua elemen masyarakat itu menurutnya merupakan salah satu upaya menjaga dan merawat toleransi dalam kebhinnekaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Kegiatan keserasian sosial yang dilakukan pada tingkat desa atau kelurahan dalam bentuk kegiatan dialog tematik tentang kebangsaan, musyawarah dan gotong royong dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat merupakan bentuk dari cara kita menjaga dan merawat toleransi dalam kebhinnekaan kehidupan berbangsa dan bernegara," lanjut Agus.

"Jadi perbedaan itu harus dan justru kita jadikan modal untuk kita bersama," kata dia.

Pada saat memberikan pengarahan, Agus Gumiwang mengenakan pakaian adat Papua. Selain itu, Agus juga menyampaikan rasa prihatin atas situasi dan kondisi Papua-Papua Barat yang dilanda konflik beberapa waktu lalu. Agus mengatakan pemerintah selalu melakukan upaya yang persuasif untuk menormalkan kembali situasi di Papua.

"Saya menyampaikan keprihatinan atas situasi dan kondisi saudara-saudara kita yang berada di tanah Papua yang tengah. Untuk mengembalikan Papua ke kondisi normal dan damai, segala upaya telah dan akan dilakukan oleh segala pihak dan pemerintahan pusat. Berbagai upaya semaksimal mungkin melalui pendekatan persuasif, kemanusiaan dan tentunya dalam komitmen bingkai keutuhan NKRI," lanjutnya.



Agus menjelaskan, konflik sosial yang terjadi di Papua mengingatkan kembali bangsa ini tentang pentingnya rasa saling menghormati dan menghargai dalam kehidupan sehari-hari. Sikap saling menghargai itu harus diterapkan oleh seluruh anak bangsa.

"Konflik sosial di Papua menegaskan kembali pentingnya kesadaran berbangsa dan bernegara dalam kehidupan sosial yang multikultural dengan saling menghormati, saling menghargai, saling tenggang rasa dan berlaku terhadap sesama anak bangsa secara setara tanpa melihat perbedaan suku bangsa, agama, ras, dan warna kulit," kata Agus.


Agus juga menitipkan pesan kepada peserta 'Keserasian Sosial' yang disebut dengan pelopor perdamaian itu untuk melakukan edukasi kepada masyarakat dalam menyikapi kemajuan teknologi. Sehingga, ini menurutnya dapat mengurangi penyebaran hoaks, fitnah dan ujaran kebencian.

"Upaya lain yang relevan dan sangat penting dilakukan utamanya di era digital ini adalah edukasi masyarakat dalam menyikapi kemajuan teknologi dan keterbukaan informasi agar mereka tidak turut menjadi bagian dari proses penyebaran hoaks, fitnah, ujaran kebencian, narasi kekerasan, dan paham radikalisme," sebut dia.

Peserta pelatihan 'Keserasian Sosial' terdiri dari perwakilan Dinas Sosial di seluruh Indonesia. Pada acara pembukaan tampak seluruh peserta mengenakan pakaian adat dari daerah masing-masing. Sedangkan pada tahun 2019, kegiatan keserasian sosial ada di 250 titik lokasi rawan konflik sosial yang tersebar di seluruh Indonesia.
Halaman 2 dari 2
(lir/gbr)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads