Selain raja dan sultan, sejumlah pejabat ikut hadir, seperti Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah, Bupati Maros HM Hatta Rahman, mantan Ketua DPRD Maros Chaidir Syam, bersama para pemerhati adat se-Sulawesi Selatan.
Penobatan raja Turikale ini berlangsung meriah dengan prosesi adat sejak dua hari lalu yang dipusatkan di istana kerajaan atau Balla Lompoa di Turikale. Puncak penobatannya juga dilakukan dengan prosesi adat disaksikan ratusan tamu undangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penobatan Raja Turikale VIII ini diawali arak-arakan pasukan berkuda dari kerajaan. Menariknya, prosesi penobatan ini baru dilakukan setelah 73 tahun lamanya tidak pernah ada penobatan Raja Turikale.
Andi Achmad Aflus Mapparessa, yang merupakan mantan Kepala Bagian Perencanaan dan Administrasi Departemen Sumber Daya Manusia Mabes Polri, dinilai sebagai sosok yang tepat untuk mewarisi takhta kerajaan. Sebab, selain putra Raja Turikale VII, ia dianggap memiliki dedikasi yang kuat atas pelestarian budaya.
"Tidak ada penobatan selama 73 tahun ini karena keturunan raja masih kecil-kecil dan banyak yang berkiprah di luar daerah. Dengan adanya penobatan ini, semangat kebersamaan yang akan kita bangun adalah semangat menciptakan kedamaian dan persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Mapparessa.
![]() |
Kerajaan Turikale sendiri mulai dirintis pada tahun 1700 oleh seorang putra Raja Tallo bernama La Mappibare Daeng Mangiri yang awalnya mendirikan perkampungan dengan nama Turikale dengan maksud mengembangkan syiar Islam. Pada 1796, kampung ini menjadi sebuah kerajaan.
Halaman 2 dari 2