"Sejauh ini KPK tampak seperti orang yang sedang 'treadmill', tampak berlari kencang tapi sebenarnya diam di tempat. Lihat saja indeks persepsi korupsi kita yang masih tertatih di angka 38, jauh dari harapan yaitu bisa mencapai angka skor lulus di atas 50," ucap Nawawi pada detikcom, Selasa (3/9/2019).
Satu-satunya calon pimpinan (capim) KPK dari hakim itu kemudian memaparkan idenya soal akselerasi kinerja KPK. Seperti apa?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Idealnya 'pencegahan' itu dilabeli seperti kita memelihara banyak anjing galak di seputaran rumah kita. Jadi membangun sistem yang dapat menutup celah atau ruang-ruang tindakan korup," imbuh Nawawi.
"Jika penindakan telah dilakukan haruslah juga ditindaklanjuti dengan menjadi 'coach' bagi institusi di mana tindak pidana berlangsung. Janganlah hanya terus menerus di OTT tapi tidak dibarengi dengan pendampingan atau coach di lembaga yang terkena operasi itu," sebut Nawawi.
"Jadinya OTT menjadi seperti ajang pemberitahuan bagi dunia, seakan-akan sudah sedemikian bobroknya korupsi di negeri ini. Seperti tak ada lagi orang baik di negeri ini. Mungkin saja para investor menjadi ngeri dengan kondisi itu," kata Nawawi.
Sedangkan perihal pro-kontra rekam jejak capim KPK yang lolos saat ini dianggap Nawawi adalah hal yang wajar. Sebab, menurut Nawawi, KPK adalah milik publik sehingga masyarakat pun sudah sepatutnya bersuara.
"Soal suara sumbang tentang rekam jejak capim. Itu adalah hal yang wajar. Sah-sah saja. KPK ini kan lembaga yang begitu mendapatkan dukungan masyarakat. Wajar kalau masyarakat mengkhawatirkan lembaga ini dipimpin oleh sosok yang dinilai tidak berintegritas dan sebagainya," kata Nawawi.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini