Ninggor Gultom (54), suami mendiang Parludjiati, menceritakan awal mula dilakukannya prosesi tutup peti di depan masjid tersebut. Ukuran peti jenazah yang terbilang besar menjadi salah satu alasan terjadinya momen tersebut.
"Yang nggak habis pikir saya kok yang kemarin itu mungkin petinya terlalu besar jadi bisa masuk tapi posisinya miring. Tapi kalau keluar nanti kan nggak mungkin jenazah udah di dalam (peti) terus dimiringin," kata Ninggor Gultom kepada detikcom di kediamannya, Jalan Cempaka Baru, Jakarta Pusat, Minggu (1/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ukuran peti yang terbilang besar itu membuat keluarga Ninggor memutuskan untuk meminta izin melakukan kebaktian tutup peti di depan Masjid Darussalam yang tidak jauh dari rumahnya. Ketua Masjid pun langsung mempersilakan hal tersebut.
![]() |
"Akhirnya acara keluarga dari Gultom itu berlangsung di dalam rumah. Selesai itu dimasukkan ke dalam peti, petinya ditaruh di luar sana. Selesai acara keluarga untuk memasukkan almarhum ke dalam peti digeser ke halaman masjid karena sebelumnya itu kita sudah minta izin, pihak keluarga, sama Ketua Masjid, dalam hal ini Pak Aji. Dan Puji Tuhan, alhamdulillah, Ketua Masjid itu mempersilakan pada saat hari minggu itu," sambungnya.
Ninggor menyampaikan wujud toleransi antarumat beragama seperti ini di wilayah Cempaka Baru bukanlah hal baru. Pada tahun 2006, mendiang ibunda Ninggor juga dipersilakan melakukan prosesi tutup peti di depan masjid tersebut.
"Bukan kali ini saja terjadi di sini. Orang tua saya juga kan berangkat dari sini juga. Jadi untuk keluar masuk peti sih nggak masalah pada waktu itu cuma karena kalau kita orang Batak ini di samping ada acara gereja, ada acara adat. Itu kita laksanakan di halaman masjid itu juga. Itu tahun 2006. Dari halaman masjid itu juga berangkat orang tua saya ke makam," Ucap Ninggor yang berprofesi sebagai polisi di Polsek Kemayoran ini.
Dia mengakui bahwa lingkungan masyarakat Cempaka Baru ikut membantunya mempersiapkan upacara tutup peti ini. Bantuan tersebut diberikan oleh kalangan sesama masyarakat suku Batak hingga jemaah Masjid Darussalam.
"Iya artinya untuk memblokir jalan, konsumsi, makan, minum, masyarakat yang ada di sini semuanya bergerak untuk melayani tamu-tamu kita yang datang," katanya.
![]() |
"Juga termasuk di sini kan orang Batak ada perkumpulan satu kampung gitu, Kampung Cempaka Baru, mereka juga antusias (membantu), dari gereja, dari satu lingkungan itulah, termasuk orang-orang dari jamaah Masjid Darussalam, semuanya terlibat," sambung Ninggor.
Upacara tutup peti istrinya yang viral di media sosial dan di sambut baik oleh masyarakat luas membuat Ninggor terharu. Dia berharap toleransi umat beragama yang ditunjukkan oleh masyarakat Cempaka Baru juga bisa dirasakan oleh masyarakat di wilayah lainnya.
"Saya sebagai warga di lingkungan Cempaka Baru ini khususnya di lingkungan Masjid Darussalam merasa berbesar hatilah, kok sampai sebegitunya yang terjadi. Saya harap sih toleransi yang luar biasa seperti yang terjadi di lingkungan Cempaka Baru Tengah ini ya itu juga bisa diikutin oleh lingkungan-lingkungan lain gitu loh," tutupnya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini