"Sama seperti wine biasanya. Aromanya kuat dengan rasa pahit, asam dan manis berpadu," kata wisatawan asal Jakarta, Tommy, saat meneguk wine atau anggur Pala, Kamis (16/8/2019).
Tak banyak pikir, Tommy pun langsung membawa pulang 2 botol wine seharga Rp 30 ribu itu ke Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melliy mengatakan pembuatan wine pala ini bermula dari pelatihan di Manado oleh seorang Wine Sommelier asal Prancis. Dia bersama dua orang lainnya belajar membuat wine selama seminggu pada 2009 lalu. Bagian pala yang dipakai berupa buah.
"Pengolahan pala dikukus diperas dan diambil sarinya lalu ditambah sari toauge yang direbus. Lalu dimasak pakai gula baru difermentasi 1 bulan. Dikemas dalam botol kaca," terang Melliy.
Dengan kadar alkohol hingga 14% serta citarasa khas, wine pala pun berhasil memikat wisatawan, utamanya para bule.
"Kata bule enak karena beda soalnya dia panas. Kalau nelayan masuk angin bisa minum itu juga biar berkeringat," ucapnya sambil tersenyum.
![]() |
Usaha ibu-ibu PKK ini pun didukung oleh Kepala Desa Beong, Hervie Mandak. Hervie mengaku dana desa sebesar Rp 800 juta yang dia terima, 15% dia gunakan untuk mendukung para pekebun pala serta ibu-ibu pembuat wine pala.
"Tahun lalu sudah dibuat ruangan untuk pembuatan wine pala sama pengadaan alat-alat seperti panci, penggilingan," tandas Hervie.
Namun karena masih dalam pegurusan izin, produksi wine pala masih terbatas dan dibuat sesuai pesanan. Kendati demikian, Hervie bersama Pemkab masih berusaha mengenalkan wine pala dan berharap akan bisa mendunia. Untuk mengetahui informasi lainnya dari Kemendes PDTT klik di sini.
(mul/mpr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini