Krisis air bersih dan kekeringan mulai dirasakan warga sejak 11 bulan terakhir setelah terjadi gempa. Sebagian warga yang keseharian merupakan petani, kini kehilangan mata pencarian.
"Pokoknya habis gempa, aliran Sungai Gumbasa itu sudah tidak lancar, bahkan sudah tidak berfungsi. Sementara, kita di sini semua petani," kata salah seorang warga, Fajria (44), Kamis (22/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Fajria mengatakan warga harus mengambil air bersih dua kali dalam sehari.
"Kami tidak pernah mendapatkan bantuan air bersih dari pemerintah, kami hanya diperhatikan oleh lembaga kemanusiaan," ujar dia.
![]() |
Sementara itu, penjabat humas ACT Candra Chan mengatakan pihaknya sudah menyalurkan air bersih sebanyak 6.000 liter sejak 3 bulan lalu. Berdasarkan data yang dihimpun, Candra menyebut air bersih dini dibutuhkan di sejumlah wilayah.
"Untuk hari ini, kita menyalurkan 25 ribu liter air bersih, yang terbagi menjadi beberapa desa, yaitu Karawana, Solouwe, dan Desa Maranata," imbuh Candra.
Menurut Candra, pasokan air bersih di sejumlah titik di Sigi terus dilberikan. Bocoran pipa air, seperti di Desa Maranata, disebut Candra tidak mencukupi keperluan warga yang sangat banyak. (knv/knv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini