"Nggak (jika ditawarkan kursi menteri), aku kan masih belum selesai jadi wali kota. Jadi saya harus selesaikan dulu ya jadi wali kota. Ya karena apa pun lah, meskipun tinggal 2 persen kemiskinan, aku bisa nurunkan. Tapi kan tidak bisa kemudian aku tinggalkan itu. Jadi biar selesaikan dulu," kata Risma, di kantor DPP PDIP, Jl Diponegoro, Jakarta Pusat, Senin (19/8/2019).
Meski begitu, Risma mengaku belum ada komunikasi penawaran menjadi menteri.
"Belum, siapa yang nawarin?" ujar Risma.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bukan gitu, aku tidak tahu. Ya karena aku tidak pernah minta jabatan itu. Karena itu nggak boleh, menurut aku itu, di agamaku tidak boleh minta itu (jabatan)," ujarnya.
Sebelumnya Risma juga pernah digadang-gadang akan maju di Pilkada Jatim. Akan tetapi, Risma menolak karena akan fokus menyelesaikan masa jabatannya. Kini namanya juga digadang-gadang maju di Pilkada DKI maupun menjadi menteri.
Godaan kepada Risma untuk memimpin Jakarta bermula dari kunjungan DPRD DKI ke Surabaya beberapa hari lalu. Di sana mereka bertanya seputar pola penanganan sampah hingga anggaran yang diserap di kota pahlawan itu.
Untuk diketahui, sebelumnya produksi sampah di Surabaya mencapai 3.600 ton perhari. Tapi sejak Risma menjadi wali kota pada 2010, produksinya turun menjadi 1.300 ton perhari. Selain mendaur ulang sampah menjadi kompos, sejak lima tahun lalu Risma memelopori pengolahan sampah menjadi energi listrik. (yld/jbr)