'Ajaran Ikat Kepala Putih' Berkembang di Palu
Sabtu, 22 Okt 2005 16:42 WIB
Palu - Sebuah aliran agama bercampur adat berkembang di pemukiman warga suku asli di Pegunungan Gawalise, sekitar 11 kilometer dari Kota Palu, Sulawesi Tengah. Tokoh spiritualnya adalah seorang pemuda bernama Mahdi yang berusia 32 tahun. Mereka tak memberi nama khusus pada ajarannya. Tapi pemimpin spiritual dan pengikutnya selalu memakai ikat kepala putih dan berselempang kain berwarna kuning.Pengikutnya sudah mencapai 90-an kepala keluarga. Ajaran aneh ini unik. Sebab Mahdi dan pengikutnya mengaku beragama Islam. Namun, salat dan puasa bukan keharusan. Alasannya, ada syarat-syarat yang mereka penuhi sebelumnya."Kalau mau salat, puasa, harus suci dulu. Dan jangan lupa hormati adat. Selama ini karena tidak lagi menghormati adat, kehancuran ada di mana-mana," sebut Mahdi, yang selalu memakai ikat kepala putih dan selempang kuning, di Bantaya Potangara Ada, Dusun Salena, Kelurahan Buluri, Palu Barat, Sulteng, Sabtu (22/10/2005). Tak ada ritual khusus dalam ajaran ini, kecuali selalu menggunakan ikat kepala putih sebagai lambang kesucian dan jiwa, serta selempang kuning lambang penghormatan mereka pada adat istiadat. Saat bertemu dengan Kapolsek Palu Barat AKP Bayu Wijanarko, Mahdi terlihat merokok dan mengunyah pinang sirih, seperti kebiasaan suku asli di Pegunungan Gawalise. Ia pun minum sebebasnya, meski tahu saat ini bulan puasa.Ajaran Mahdi ini mengingatkan banyak orang pada pertentangan antara Kaum Paderi dan Kaum Adat di Bonjol, Minangkabau, Sumatera Barat saat masa kolonial Belanda di abad 19. Yang satunya hendak mencampur-campurkan ritual adat dengan agama, yang satunya ingin menjalankan agama sesuai tuntutan Alquran dan Alhadits.Bisa jadi Mahdi pernah mendengar ujar-ujar lama, Adat bersendi syara, syara bersendi kitabullah. Tapi tentu saja, bukan hendak mencampur-campurkan ritual adat dan agama. Tami, salah seorang sepupu Mahdi, mengatakan dulunya Mahdi rajin salat dan mengaji. "Tapi saya tidak tahu kenapa kemudian dia seperti sekarang ini. Dulu dia hanya dukun, mengobati orang dan sebagainya. Kalau lagi kesurupan dia jadi pintar bicara tentang apa saja," tutur Tami kepada detikcom.
(asy/)