Jokowi Cari Menteri!

Jokowi Cari Menteri!

Alfito Deannova Ginting - detikNews
Senin, 12 Agu 2019 08:31 WIB
Alfito Deannova Ginting (Foto: Dok. CNN Indonesia)
Jakarta - Tabik, detikers. Tiga bulan lebih tanggal pencoblosan lewat sudah. Drama-drama konflik yang mengikutinya juga perlahan surut. Fragmen temu kangen di MRT antara Jokowi dan Prabowo, dan terakhir pekan lalu diplomasi nasi goreng ala Megawati, yang menjamu Prabowo di kediamannya, menjadi titik balik ketegangan politik setahun ke belakang. Kedua momentum itu seolah-olah jadi penanda bagi kita bahwa sudah saatnya bangsa ini bergerak bersama dari suatu garis start bertitel 'Move On'.

So, what's next? Rasanya, lepas dari siapa pilihan Anda pada April silam, semua anak bangsa punya keinginan dan harapan yang sama: Indonesia menjadi lebih baik! Karena itu, sekali lagi, siapa pun pilihan Anda pada pemilu serentak lalu, berperan secara aktif guna memastikan tujuan bersama itu tercapai menjadi perlu. Kali ini, detikcom meluncurkan inisiatif akar rumput, untuk mengundang Anda membantu Joko Widodo, presiden terpilih, menyusun kabinetnya. Benar bahwa pilihan menteri adalah sepenuhnya hak eksklusif Presiden. Prerogatif adalah hak istimewa yang melekat padanya sesuai dengan amanah konstitusi. Tetapi rasanya tak ada salahnya jika kami mencoba menawarkan alternatif sarana bottom-up kepada Pak Jokowi untuk menyusun kabinetnya.

Seorang senior yang saya panut pernah berkata, "Pak Jokowi itu orang baik. Sayang kalau salah pilih pembantu." Ia kemudian melanjutkan, "Coba lihat sekarang di dalam kementerian koordinasi. Itu kan ibarat orkestra. Menteri-menteri adalah para pemain instrumen, dikoordinasi oleh seorang menko sebagai konduktor." Dalam analogi yang dibangunnya itu, ia mengatakan, jika sang menteri merasa lebih hebat ketimbang sang menko, atau sang menko gagal menjadi konduktor yang kompeten dan berwibawa, ia akan memainkan instrumennya dengan gayanya sendiri, tanpa aba-aba, dengan partitur, tempo, dan sesuai seleranya sendiri. Kalau ada dua-tiga menteri berperangai serupa, dapat dibayangkan apa jadinya simfoni yang dibangun. Alih-alih tercipta harmoni, suara-suara akan adu nyalang, berantakan, dan tak produktif. Sebaliknya, jika sang menko menganggap menteri-menterinya kurang cakap atau merasa kurang panggung karena hanya berposisi membelakangi penonton, ia akan turun ke kursi pemain dan memainkan alat musik, tanpa peduli misi besar memimpin orkestra. Lalu semua juga jadi buyar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam inisiatif "Jokowi Cari Menteri", kami berharap publik dapat berperan aktif mengusulkan nama-nama yang tepat untuk menduduki kursi elite pengelola sektor stabilitas, pembangunan, dan pertumbuhan. Program ini terdiri atas tiga tahapan. Tahap pertama dimulai dengan penjaringan nama, selanjutnya nama-nama yang terkumpul diverifikasi oleh tim pakar proses seleksi hingga mengerucut menjadi lima besar nama. Langkah ketiga adalah mengembalikan lima nama nominator tersebut untuk dipilih oleh detikers, para pembaca kami. Tiga nama teratas dari hasil polling ditambah nama menteri existing adalah hasil final yang nantinya akan kami serahkan langsung ke Istana untuk menjadi masukan bagi Presiden. Mengapa tidak mengerucut menjadi satu nama saja? Karena, sekali lagi, nama akhir menjadi hak Pak Jokowi.

Terakhir, menjadi tugas kita bersama juga pada akhirnya merawat Tanah Air dan bangsa tercinta ini. Program "Jokowi Cari Menteri" adalah upaya kami mengakomodasi suara dan masukan Anda untuk dapat didengarkan dan dipertimbangkan oleh presiden terpilih. Mari bergandeng tangan mewujudkan Indonesia yang lebih baik.

Salam Hangat

Alfito Deannova Ginting
Pemred detikcom



(fjp/hbb)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads