"Allah menceritakan bagaimana kisah-kisah nabi dan rasulnya bisa menguatkan hati kita, membesarkan perasaan kita, menggembirakan pikiran hati dan perasaan kita," kata Yusuf Mansur di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Minggu (11/8/2019).
Yusuf Mansur menceritakan, pada zaman itu para nabi tidak ada yang hidup mudah. Dia menuturkan, pada saat itu hidup para nabi dipenuhi rintangan dan ujian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Yusuf Mansur, kisah-kisah itu seharusnya menjadi contoh untuk keberlangsungan masyarakat saat ini. Yusuf kemudian bicara soal kehidupan anak pesantren yang lebih tangguh menjalani hidup.
"Bicara tempaan saya melihat anak-anak pesantren relatif jauh lebih tangguh. Menghadapi antrean panjang saat makan, mandi, mau buang air, nggak keburunya sarapan, makan siang, makan malam, beraktivitas dalam keadaan lapar, berhadapan dengan berbagai hukuman kedisiplinan, beragam tipe karakter dari sekian anak-anak tapi kesusahan pesantren malah dewasakan anak-anak," ujar Yusuf mansur.
Dalam ceramahnya itu, Yusuf Mansur juga berbicara soal ekonomi umat. Saat ini dikatakannya banyak perekonomian yang dikendalikan oleh orang-orang luar, padahal perekonomian itu bisa dikendalikan oleh umat.
Ia memberi contoh pesantren-pesantren, sekolah Islam hingga rumah sakit Islam yang masif dikelola dari luar dan jarang dikelola oleh umat. Padahal jika dikelola oleh umat dapat membuat perekonomian umat baik.
"Harusnya umat Islam nggak ada yang miskin, umat pemilik seluruh potensi, nggak ada yang terlambat. Jangan lupa kita ajak umat lain, umat Kristen, Konghucu, seluruh umat Indonesia insyaallah seluruh potensi ini jadi milik bersama," kata Yusuf.
"Mari kita angan-angankan apa yang jadi potensi seluruh tanah air kembali ke umat, bukan cuma digitalisasi pendidikan tapi kita impikan digitalisasi umat dengan menempatkan umat sebagai owner dan investor sekalian," pungkasnya. (sam/idn)











































