"Jadi tadi saya tanya kepada tim apa yang menjadi pembeda MRT kita dengan MRT-MRT yang lain. Menurut mereka, memang sistem yang kita miliki juga sama dengan sistem-sistem yang ada di negara-negara yang lain," ucap Anies kepada wartawan di Balai Kota Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (5/8/2019).
Menurut Anies, ada dua suplai energi listrik dalam MRT. Suplai utama digunakan untuk menggerakkan MRT, sedangkan suplai lainnya berfungsi sebagai cadangan.
"Nah, yang kasus kemarin kita hadapi kan seluruh kawasan bagian barat Pulau Jawa down, sehingga seluruh power grid itu mati. Sedangkan sistemnya, backup salah satu berfungsi," kata Anies.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi, sejauh ini backup power bisa digunakan untuk safety. Kalau ada kejadian, penumpang bisa turun dengan tenang karena seluruh alat masih bisa beroperasi dengan baterai yang dimiliki. Untuk membuka pintu, untuk menyalakan lampu, untuk seluruh fungsi-fungsi kedaruratan di situ ada emergency," kata Anies.
Anies menerangkan energi cadangan tidak bisa menggerakkan MRT. Perlu energi listrik besar untuk menggerakkan MRT.
"Jadi backup power-nya ada untuk safety dan emergency. Tetapi memang bukan backup untuk menjalankan operasi seluruhnya. Karena kalau menjalankan operasi seluruhnya membutuhkan energi yang sangat besar sekali," ucap Anies.
Sebelumnya, pada Minggu (4/8), MRT mati karena listrik di Jakarta mengalami gangguan. Anies mengunjungi Halte Bundaran HI untuk memastikan proses evaluasi dan MRT kembali beroperasi.
"Tadi malam operasi MRT mulai berjalan mulai jam 8 malam. Saya sendiri berada di sana sejak petang sampai mulai beroperasi kereta pertama jalan saya naik kereta pertama yang berangkat," ucap Anies.
Cerita Penumpang MRT Saat Pasokan Listrik Padam:
(aik/idh)