"Saya tahu peristiwa seperti ini pernah kejadian di tahun 2002, 17 tahun lalu untuk Jawa dan Bali. Mestinya itu bisa dipakai sebuah pelajaran kita bersama jangan sampai kejadian yang sudah pernah terjadi kembali terjadi lagi," ujar Jokowi di Kantor PLN, Jakarta Selatan, Senin (5/8/2019) pagi ini.
Peristiwa ini terjadi di sebagian wilayah Pulau Jawa. Bahkan, sebagian wilayah di Jabodetabek masih ada yang padam. Sehingga, kata Jokowi, konsumen sangat dirugikan.
"Saya tahu ini tidak hanya bisa merusak reputasi PLN namun banyak hal di luar PLN terutama konsumen sangat dirugikan," cetusnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan dalam sebuah manajemen besar seperti PLN mestinya, menurut saya, ada tata kelola risiko yang dihadapi dengan manajemen besar tentu saja ada contigency plan, ada back up plan. Pertanyaan saya kenapa itu tidak bekerja dengan cepat dan dengan baik," paparnya.
Kilas Balik Listrik Padam Tahun 2002
Pada tahun 2002, merujuk pada buku Penilaian biaya-manfaat perubahan fungsi kawasan Bogor, Puncak dan Cianjur karya Endang Tjitroresmi, listrik padam secara massal pernah terjadi. Listrik padam ini melanda kawasan Jabodetabek karena banjir besar.
Saat itu, 25% wilayah Jakarta atau 16 ribu hektare tergenang banjir hingga beberapa hari. Ruas-ruas jalan utama Jabodetabek terputus, termasuk akses jalan kereta api. Bahkan, 7000 sambungan telepon juga terganggu. Ada pula 1570 gardu listrik yang juga terganggu dan hal ini menyebabkan listrik padam di wilayah Jabodetabek.
Sementara itu, menurut dokumentasi perpustakaan Bappenas, listrik padam massal pernah terjadi di Jawa-Bali pada September tahun 2002. Wilayah Jawa-Bali mengalami listrik padam selama dua hari berturut-turut. Pemadaman listrik ini terjadi karena ada gangguan di jalur listrik Saguling-Cibinong-Cilegon.
Selama proses pemulihan, warga yang tinggal di Jawa-Bali harus rela mendapat giliran pemadaman listrik. Akibatnya, kejadian ini dianggap sebagai salah satu peristiwa black out (listrik padam) terbesar dalam sejarah Indonesia.
Listrik Padam Tahun 2005
Masih merujuk pada dokumentasi perpustakaan Bappenas, listrik padam massal kembali terjadi di Jawa-Bali pada Maret tahun 2005. Saat itu, ada gangguan korsleting di gardu induk PTLU Sularaya. Akibatnya, wilayah Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Jawa Tengah mengalami pemadaman listrik selama lebih dari lima jam. Pasalnya, PLTU Suralaya menopang daya hampir 1.200 megawatt.
Meski PLTU Suralaya bisa beroperasi kembali, ternyata efeknya masih ada. Pada 18 Agustus 2005, gangguan di PLTU Suralaya memicu terputusnya jaringan interkoneksi 500 kilovolt jalur Saguling-Cibinong-Cilegon. Gangguan ini menyebabkan kawasan Jawa-Bali mati listrik lantaran kehilangan beban sebesar 4.000 MW. Masih berdasarkan dokumentasi tersebut, hal sama sama juga pernah terjadi September 2002.
Bikin Geger! Cuitan #matilampu Jadi Trending Topic Indonesia:
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini