"Poleng Field terus berkomitmen menyebarkan virus pengetahuan dan kepedulian tentang mangrove, khususnya di Lembung Paseser. Tidak hanya kegiatan perlindungan ekosistemnya, promosi dan pendidikan untuk generasi muda tidak kalah penting untuk menjamin masa depan ekosistem tersebut," ucap Poleng Field Manager Rachmad Dwi Laksono dalam keterangannya, Jumat (2/7/2019).
Rachmad mengatakan bahwa ke depannya, CMBR Lembung Paseser diharapkan dapat berperan sebagai laboratorium studi ekosistem pesisir dan pantai sekaligus menjadi hutan raya mangrove dengan kekayaan 34 spesies mangrove yang tersimpan di dalammnya. Sebagai upaya memperkenalkan spesies mangrove tersebut, Poleng Field juga telah menerbitkan buku ber-ISBN berjudul "Panduan Lapangan Mangrove Lembung Paseser".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun menurut Kepala Sekolah SDN Lembung Paseser Homzah, menyatakan turut antusias akan kegiatan-kegiatan Mangrove Sister School yang digelar Poleng Field. Homzah juga mengatakan bahwa para siswa dan siswi SDN Lembung Paseser harus paham jenis mangrove apalagi sebagian besar perekonomian keluarga mereka berasal dari pertambakan,
"Para siswa dan siswi harus memahami kekayaan jenis mangrove yang tersimpan di halaman rumah mereka. Ekosistem ini perlu dilestarikan bersama untuk mendukung keberlanjutan geliat ekonomi masyarakat Lembung Paseser yang sebagian besar bergerak di bidang pertambakan," ucap Homzah.
Sebagai informasi tambahan, tanggal 26 Juli diperingati sebagai Hari Mangrove atau Mangrove Action Day untuk mengenang perjuangan seorang aktivis bernama Hayhow Daniel Nanoto yang meninggal saat menggelar protes pembuatan pertambakan udang di atas bekas lahan mangrove pada tahun 1998. Hayhow bersama dengan beberapa lembaga swadaya masyarakat dan komunitas lokal membongkar kolam-kolam udang sebagai upaya untuk merestorasi area tersebut kembali menjadi hutan mangrove.
Lembung Paseser memiliki sejarah yang serupa. Kawasan pesisir desa yang kaya akan berbagai spesies mangrove ini pernah mengalami kerusakan besar-besaran akibat alih fungsi sebagai tambak udang. Kejayaan budidaya udang akhirnya mengalami titik nadirnya di akhir 90-an menyisakan lahan-lahan yang ditinggalkan. Suksesi alami mangrove terjadi tetapi membutuhkan intervensi pihak lain agar dapat berjalan optimal. Oleh karenanya, Poleng Field berinisiatif melakukan intervensi melalui program CSR CMBR Lembung Paseser.
Pada tahun 2015, UNESCO menetapkan 26 Juli sebagai Hari Mangrove Sedunia untuk menekankan pentingnya mangrove sebagai ekosistem yang unik dan spesial. Ekosistem mangrove menyimpan biomassa, produk hutan, dan perikanan yang berkelanjutan. Selain itu, mangrove berperan untuk melindungi garis pantai dan memitigasi efek perubahan iklim dan cuaca ekstrem. (ega/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini