"Bagi saya, international mobility (termasuk dosen dan rektor asing) suatu hal yang biasa saja di era globalisasi seperti sekarang ini. Perguruan tinggi kelas dunia memang menerapkan prinsip keterbukaan tersebut," kata Arif saat dihubungi, Kamis (1/8/2019).
Namun demikian, menurut Arif, ada yang menarik dari iklim perguruan tinggi di Indonesia, termasuk soal birokrasi dan kematangan dari sisi akademik. Karena itulah, Arif mengatakan rekrutmen rektor asing akan lebih mudah diterapkan untuk perguruan tinggi baru atau yang sudah matang institusinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena itu, proses rekrutmen rektor asing akan lebih mudah untuk perguruan tinggi baru yang sedang dalam proses membangun sistem. Atau, bisa juga untuk perguruan tinggi yang sudah sangat matang institusinya," lanjut dia.
Menurut Arif, rektor asing tidak akan datang sendirian, melainkan membawa 'gerbong' untuk memperkuat tim kerjanya. Arif mengatakan kesiapan perguruan tinggi juga harus diperhatikan dalam perekrutan rektor asing ini.
"Dan yang penting para dosen yang dipimpin juga rela, sehingga suasana yang tercipta akan kondusif," tuturnya.
Sebelumnya, Menristekdikti mewacanakan akan merekrut rektor asing memimpin perguruan tinggi di Indonesia agar bisa menembus peringkat 100 besar dunia. Nasir menyebut sudah ada lampu hijau dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait usulan tersebut.
"Beliau setuju, tergantung bagaimana saya siapkan, kalau persiapan tidak bagus ya mungkin kita pending atau bagaimana," kata Nasir usai acara pengambilan sumpah dokter baru ke 227 di Undip, Semarang, Kamis (1/8).
Sejumlah negara disebut Nasir sudah mempercayakan pimpinan kampus ke rektor dari luar negeri dan hal itu terbukti mendongkrak peringkat akademik Universitas yang dipimpin di tingkat dunia. Nasir pun berharap peringkat Indonesia juga melonjak dengan mengadopsi cara tersebut.
Simak Juga 'Soal Impor Rektor Asing, Moeldoko: Agar Indonesia Berkompetisi':
(azr/gbr)