"Kita masih ada waktu dua tahun buat berusaha bagaimana caranya supaya umur ekonomis Bantargebang ini bisa kita perpanjang sampai ITF itu terbangun," ucap Kepala Unit Tempat Pengelola Sampah Terpadu Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, saat dihubungi Rabu (31/7/2019).
Saat ini proyek pembangunan ITF baru dilakukan di Sunter, Jakarta Utara. Tiga lokasi ITF lain direncanakan dibangun di Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Satu di Sunter, tiga lainnya sedang kita rumuskan. Mudah-mudahan di tahun depan itu kita bisa segera memilih mitra untuk dapat membangun ITF yang 2 sampai 4," ucap Asep.
"Yang sedang dicari pertama di Cacing-Cilincing (Jakarta Timur), yang kedua di Rawa Buaya, Cengkareng (Jakarta Barat). Satu lagi kita sedang cari untuk yang wilayah (Jakarta) Selatan," ujar Asep.
Asep menyebut, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berpesan agar ITF bisa digunakan pada 2022.
"Jadi kan kita tahun ini kita sedang bangun ITF Sunter. Insyaallah sudah masuk masa konstruksi. Dan kita berharap di 2022 itu bisa operasi. Pesannya Pak Gubernur ke kami, juga kalau bisa ITF 2-3-nya itu bisa juga beroperasi di 2022," ucap Asep.
Ada dua cara yang digunakan oleh Pemprov DKI Jakarta agar umur Bantargebang panjang sampai ITF selesai. Pertama dengan mengurangi sampah di hulu atau di masyarakat. Kedua, dengan optimalisasi TPST Bantargebang.
Pemprov DKI sedang kerja sama dengan produsen semen Holcim untuk menambang sampah di TPST Bantargebang. Sampah lama diharapkan menjadi pengganti batu bara.
"Ini kita bekerja sama dengan PT Holcim Indonesia yang ada di Cileungsi. Jadi, Holcim itu melakukan observasi terhadap sampah lama di TPST Bantargebang. Nanti sampah lama di Bantargebang diolah untuk kemudian dapat dijadikan energi pengganti batu bara yang mudah-mudahan bisa diterima oleh Holcim," kata Asep.
Asep menyebut, empat ITF di DKI Jakarta mampu mengatasi sampah Jakarta dengan rata-rata sekitar 7.500 ton per hari. Maka, DKI Jakarta tidak lagi mengandalkan TPST Bantargebang.
"Betul sekali, karena kita merasa bahwa Bantargebang itu kan sudah mencapai kapasitas maksimumnya. Dan kayaknya terlalu bahaya kalau hanya kita mengandalkan Bantargebang," kata Asep.
Setelah ada empat ITF, Bantargebang tidak menjadi pilihan utama pembuangan sampah. Bantargebang hanya menampung sisa pengolahan dari ITF.
"Yang jelas Bantargebang kalau dipakai mungkin hanya residunya masuk ke Bantargebang, bukannya sampah fresh yang seperti saat ini. Tetap akan kita gunakan Bantargebang, tapi tidak untuk yang fresh waste-nya, tapi hanya residu dari ITF-ITF itu yang bisa dibawa ke Bantargebang," ucap Asep.
Usia Pakai TSPT Bantar Gebang di Ujung Tanduk:
(aik/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini