Dilansir Reuters, Kamis (25/7/2019), juru bicara pasukan keamanan Pramote Prom-in kepada Reuters mengungkapkan, dua tentara dan dua sukarelawan sipil bersenjata tewas dalam serangan bom dan penembakan di sebuah pos pemeriksaan di Provinsi Pattani. Serangan terjadi pada Selasa (23/7).
Pramote mengatakan tidak ada keterkaitan antara serangan pemberontak dan penangkapan pemberontak bernama Abdullah Isamua (32), yang mengalami koma setelah diinterogasi. Isamua sebelumnya dijemput di rumahnya pada Sabtu (20/7) dan dibawa ke kamp militer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami telah memberikan lebih banyak tekanan pada kelompok pemberontak, menghalangi akses mereka ke desa untuk merekrut lebih banyak orang. Tanpa akses itu, mereka menggunakan cara biadab yang sama, "kata Pramote.
Serangan kali ini merupakan serangan paling mematikan di wilayah yang sebagian besar ditinggali etnis Melayu itu sejak Januari. Tidak ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini. Hal ini sama dengan serangan-serangan sebelumnya.
Kemarahan di wilayah selatan Thailand meningkat karena tuduhan bahwa Isamua dilecehkan dan dibiarkan dengan cedera di otak. Kelompok pemberontak dan kelompok masyarakat sipil mengecam interogasi yang membuat Isamua koma. Di sisi lain, banyak orang di wilayah itu menyuarakan kemarahan di media sosial.
"Kami sangat mengutuk tindakan pengecut yang tidak manusiawi ini, pelanggaran berat hak asasi manusia, dan kelalaian selama proses interogasi," kata Abu Hafez Al-Hakim dari kelompok pemberontak MARA Pattani.
Namun Pramote menolak tuduhan pelecehan dan mengatakan penyelidikan independen sedang dilakukan dalam interogasi.
Untuk diketahui, pemberontakan di Provinsi Yala, Pattani, dan Narathiwat, yang sebagian besar penduduknya beragama Buddha, telah merenggut nyawa hampir 7.000 orang sejak 2004, menurut kelompok pengawas dari Deep South Watch. Sebagian besar pembicaraan damai terhenti.
Yala, Pattani, dan Narathiwat adalah bagian dari kesultanan muslim Melayu yang merdeka sebelum Thailand mencaploknya pada 1909. Beberapa kelompok pemberontak menginginkan negara merdeka. (nvl/azr)