"Kesulitannya dia kalau belum dapat penumpang, dia belum mau jalan, susah kan. Dia baru mau pergi kalau penumpangnya nyampe," ujar Kasatpel Dishub Tanah Abang, Hendra Hernawan, saat ditemui di lokasi, Rabu (24/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Coba dibayangkan 100-200 (ojol) menunggu semua kayak begitu, diam semua nggak mau jalan, kesulitan saya menggebahnya. Mau jalan atau gimana, ya susah. Paling yang tersisa satu atau dua lajur jalan. Tapi seminimal mungkin kita harus jalan, nggak tertutup jalan," katanya.
Gebah yang dimaksud Hendra adalah meminta ojol tidak terlalu makan banyak lajur jalan. Menurut Hendra, ini adalah solusi pendek yang bisa dilakukan.
"Itu dia saya berusaha menggebah ojol itu biar jangan sampe terlalu melebar ke tengah. Itu saya gebah maju ke depan agar menyempit ke pinggir. Biar lalu lintas tidak tersendat. Itu biasanya terjadi pas kereta nyampe," tuturnya.
Hendra memberikan solusi jangka panjang untuk mengatisipasi kemacetan ini. Seharusnya ada ruang kosong di pinggir jalan untuk menampung para ojol namun terkendala lahan.
"Kalau jangka panjangnya seharusnya kita ada pengendapan itu, ada space kosong, kayak parkir, tapi di sinikan nggak memungkinkan, sudah tidak ada lahan penggedapan ojol-ojol itu," ucap Hendra.
Sebelumnya diberitakan, para ojol ini tumpah ruah di depan Stasiun Palmerah, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Mereka menunggu para calon penumpangnya di badan jalan hingga memakan satu lajur jalan. Tak pelak kemacetan pun terjadi karena penumpukan para ojol ini. (imk/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini