Efendi (48) warga sekitar mengatakan jika dirinya mengambil air di perbukitan itu karena sumber air bersih sangat sulit didapatkan. Apalagi kondisi cuaca yang mulai memasuki musim kemarau membuat warga harus terpaksa mengantri dalam mendapatkan air bersih.
"Sumber mata air ini hanya ada di perbukitan, jadi air disini bisa digunakan untuk dikonsumsi. Kalau untuk mandi dan mencuci biasanya menggunakan air sungai aja masih ada," katanya, Senin (15/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hampir seluruh warga di desa itu mengkonsumsi air bersih dengan cara mengambil air diperbukitan. Semua warga bahkan harus rela menempuh jarak cukup jauh untuk bisa tiba di perbukitan tersebut.
Mereka juga bahkan harus rela mengantri untuk bisa mendapatkan air bersih itu. Sumber mata air di perbukitan itu memang sejak lama ada di sana. Warga juga merasa terbantu adanya sumber mata air itu karena dapat dikonsumsi oleh warga desa.
"Lokasi mata air bersih ini ada 2, biasanya di sini dan satu lagi ada di lokasi yang berbeda. Kalau di bagian tempat saya ambil ini mata airnya kurang deras, kalau di lokasi lain itu mata airnya cukup deras. Tapi disana antreannya banyak, jadi terpaksa ambil di sini walau lokasinya jauh," ujarnya.
Padahal di desa itu juga dialirin air sungai yang besar. Sungai itu dikenal dengan sebutan Sungai Manau di Kabupaten Merangin, Jambi.
Hanya saja, saat ini air sungai itu sudah tidak layak untuk dikonsumsi lantaran sudah terkontaminasi dengan maraknya penambangan emas tanpa izin (PETI) di sungai itu.
(rvk/rvk)











































