"Negara Indonesia didirikan karena kekuasaan Allah Yang Mahakuasa. Di dalam UUD 1945 disebutkan atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa. Atau dalam kata yang lebih terbuka atas atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, maka rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya," ujar Mahfud pada diskusi 'Bincang Seru Mahfud, Inspirasi, Kreasi, Pancasila' di Universitas Al-Ahzar Indonesia, Jalan Sisingamaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (12/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lalu di Pancasila disebut Ketuhanan Yang Maha Esa. Karena rakyat Indonesia meyakini adanya kuasa yang abadi, sangat maha yang menentukan keberadaan kita. Itu diyakinkan tanpa kekuasaan Tuhan Yang Mahakuasa kita tidak mungkin ada," katanya.
Lebih lanjut, pelopor Gerakan Suluh Kebangsaan itu bercerita dua karya fenomenal sastrawan Chairil Anwar yang berjudul 'Aku' dan 'Doa'. Menurutnya, banyak pihak menilai puisi 'Aku' menggambarkan segi keingkaran kepada Tuhan.
"Saya mencatat sebuah syair rasa kepongahan kepada Tuhan bahwa Tuhan itu sebenarnya tidak ada. Saudara kenal seorang Chairil Anwar? Dia adalah sastrawan modern Indonesia karena syairnya yang sangat terkenal dan yang sangat kita hafal yang sebenarnya menurut sebagian orang menggambarkan segi keingkaran kepada Tuhan," ujar Mahfud.
Menurut Mahfud, puisi 'Aku' mengatakan ingin hidup beribu-ribu tahun, tapi sang penyair meninggal pada usia 26 tahun. Kemudian, kata Mahfud, muncullah perdebatan akan syair tersebut.
"'Dan aku lebih tidak peduli, aku mau hidup seribu tahun lagi'. Apa yang terpikir? Bahwa keberadaan manusia itu tergantung pada 'aku', bukan Tuhan. Karena nyatanya Charil Anwar yang hidup tahun '45, Chairil Anwar itu lahir tahun '22, mati tahun '49," tuturnya.
"Ada ndak Tuhan itu? Terjadi perdebatan. Jadi sebenarnya Chairil Anwar sendiri tidak mau memperdebatkan itu. Tetapi orang banyak menafsir iman masak 'Aku'," lanjut dia.
Lebih lanjut, Mahfud mengatakan, sebelum meninggal, sang penyair membuat karya tentang ketuhanan dengan judul 'Doa'. Puisi tersebut, kata Mahfud, berisi soal ketidakbisaan menghindar dari ajal dan kekuasaan Tuhan.
"'Tuhanku, di pintumu aku mengetuk, aku tidak bisa berpaling'. Tidak bisa dia, tidak bisa hidup seribu tahun, tidak bisa. (Umur) 26 tahun aku sudah tidak tahan, aku akan sudah dipanggil olehmu," lanjut Mahfud.
Mahfud menambahkan kehidupan berbangsa dan bernegara tidak terlepas dari kuasa Tuhan. Itulah sebabnya dasar negara Indonesia yang pertama adalah ketuhanan.
"Artinya apa, Saudara, itulah sebabnya Indonesia ini menjadikan dasar negara pertama itu adalah ketuhanan. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang percaya akan kekuasaan Tuhan dan merdeka berkat rahmat Tuhan. Siapa tuhan itu, Tuhan itu yang terlembaga dalam bentuk agama," pungkas dia.
(lir/mae)