Dampak Mahalnya Uang Panai: Ada yang Kawin Lari hingga Bunuh Diri

Dampak Mahalnya Uang Panai: Ada yang Kawin Lari hingga Bunuh Diri

Danu Damarjati - detikNews
Selasa, 09 Jul 2019 16:34 WIB
Foto ilustrasi, tak berhubungan dengan berita. (Fauzan/detikcom)
Jakarta - Mahalnya uang panai, uang yang wajib diserahkan pihak calon suami kepada keluarga calon istri, kerap membuat pria Bugis-Makassar kesulitan menikahi pujaan hatinya. Pada praktiknya, sebagian besar masyarakat Bugis-Makassar memutar otak menyiasati tradisi ini.

Sebagaimana diketahui, seorang perempuan di Jeneponto tewas setelah berupaya bunuh diri menghadapi problem uang panai. Pasangannya tak mampu membayar nominal uang panai yang ditentukan keluarga perempuan.

Sosiolog dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar menjelaskan nominal uang panai berkisar dari jutaan hingga ratusan juta rupiah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita bisa melihat, kecenderungannya uang panai ini semakin naik juga nominalnya. Ini ada kaitannya dengan status sosial, tingkat ekonomi, dan nilai mata uang," kata sosiolog Unhas, Ramli AT, Selasa (9/7/2019).



Sebenarnya, nominal uang ini bisa dibicarakan dari awal antara pihak calon suami dan keluarga calon istri.

Uang panai menjadi perintang anggota masyarakat kelas bawah secara ekonomi untuk menikahi perempuan dari keluarga kelas atas (mobilisasi sosial vertikal). Namun, bila si laki-laki dan si perempuan sudah saling cinta, mereka bakal mencari cara untuk tetap bisa menikah, meski uang panai tak mampu ditebus si laki-laki.

Sosiolog Unhas, Rahmat Muhammad, menjelaskan secara terpisah, jumlah uang panai tergantung hasil kompromi antara pihak laki-laki dan keluarga perempuan. Proses lobi-lobi bisa dijalankan dalam tahapan adat sebelum pernikahan, yakni ma'manuk-manuk, saat pihak laki-laki berkunjung ke pihak perempuan.

"Di masyarakat Bugis-Makassar, uang panai tidak berarti menjadi sesuatu yang memberatkan, karena itu adalah hasil kompromi," kata Rahmat saat dihubungi secara terpisah.



Menurutnya, pada dasarnya uang panai tak harus berjumlah fantastis karena yang penting uang panai ada sebagai simbol penghormatan terhadap perempuan. "Hanya saja belakangan, jumlah uang itu menunjukkan prestise," kata Rahmat.

Jumlah uang panai memang diumumkan ke publik dalam suatu prosesi. Bila terlalu mahal, uang panai bisa disiasati. Pertama, pihak pria bisa mengadakan kesepakatan dengan pihak perempuan. Jumlah uang yang dibayarkan bisa lebih sedikit ketimbang jumlah uang yang diumumkan ke publik. Memang ini merupakan cara yang tidak jujur, tapi sering disepakati supaya cinta tidak kandas.

"Melihat realitas masyarakat sekarang, ada cara yang ditempuh supaya perempuan tidak terlalu jatuh martabatnya di depan umum. Biasanya, nilai uang panai diatur di belakang, ya tahu sama tahu saja. Jumlahnya lebih rendah ketimbang yang dideklarasikan," kata Ramli AT.

Ada lagi cara kawin lari, dalam bahasa Makassar disebut silariang. Sebenarnya inilah yang dilakukan oleh pasangan di Jeneponto itu, yakni Ramli (37) dan Isa (31).

"Sejak zaman dahulu kala, uang panai bisa menjadi penyebab kenapa orang sering silariang. Cara silariang dianggap sebagai pelanggaran adat yang cukup besar," kata Ramli.



Pernikahan dengan suku non-Bugis-Makassar juga menjadi salah satu solusi yang ditempuh pria-pria yang tak mampu membayar panai. Soalnya, pernikahan antara pria dan wanita Bugis-Makassar tak akan lazim bila digelar tanpa uang panai.

"Merantau adalah cara yang dipilih untuk memampukan diri secara ekonomi. Justru karena mereka banyak merantau, akhirnya bisa ketemu jodoh di daerah tujuan yang berbeda suku," kata Ramli.

Rahmat Muhammad menjelaskan ada dua hal yang berbeda tapi berkaitan sehubungan dengan hal ini, yakni antara uang panai dan panai. Sementara uang panai mensyaratkan angka yang berwujud uang, lain halnya dengan panai, yang tidak mesti berwujud uang. Panai tanpa uang dimungkinkan sah melalui kesepakatan kedua belah pihak, tanpa melanggar adat.

"Panai kadang dengan sesuatu yang lebih bernilai bagi kedua belah pihak sebagai hasil kompromi, contohnya panai dengan hafal juz Alquran. Adat Bugis-Makassar kenal dengan kedua konsep itu, baik panai maupun uang panai," kata Rahmat.


Dampak Mahalnya Uang Panai: Ada yang Kawin Lari hingga Bunuh Diri



(dnu/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads