"Rekonsiliasi yang sehat muncul dari ketulusan dan komitmen untuk bersama sama memberikan yang terbaik bagi kepentingan dan kemajuan bangsa, bukan dengan berhitung untung rugi jangka pendek atau pakai sistem barter, quid-pro-quo," ujar anggota TKN Jokowi-Ma'ruf, Hendrawan Supratikno kepada wartawan, Minggu (7/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi biarlah Pak Jokowi dan Pak Prabowo bertemu dengan spirit sebagai negarawan, dengan pemahaman yang matang terhadap makna demokrasi, dan jangan dibebani resep-resep transaksional dari para pendukungnya," kata Politikus PDIP itu.
"Yang ingin kita capai adalah persatuan dan kerukunan substantif, bukan pertemuan artifisial karena sedimen beban masa lalu," imbuh Hendrawan.
Hal senada juga disampaikan anggota TKN Jokowi-Ma'ruf, Eva Kusuma Sundari. Eva mengatakan rekonsiliasi memang hal yang penting untuk diwujudkan. Namun, menurut dia, bukan berarti rekonsiliasi mengorbankan keadilan.
"Rekonsiliasi penting, tapi jangan kehilangan landasan moralitas. Karena ini isu politik jangan mengorbankan moralitas. Kasus-kasus kriminal murni jangan dipaksakan diputihkan, jangan demokrasi mengorbankan keadilan karena inti demokrasi adalah keadilan," tutur Eva.
"Mengorbankan penegakkan hukum. Dalam demokrasi hukum adalah panglima," imbuh politikus PDIP itu.
Sebelumnya diberitakan, adalah Dahnil yang melemparkan wacana rekonsiliasi Jokowi dan Prabowo dimanfaatkan untuk membawa pulang Rizieq. "Ini pandangan pribadi saya, bila narasi rekonsiliasi politik mau digunakan, agaknya yang paling tepat beri kesempatan kepada HABIB RIZIEQ kembali ke Indonesia," tulis Dahnil dalam akun Twitter-nya, Jumat (5/7).
Pulangkan Habib Rizieq Jadi Syarat Rekonsiliasi, PDIP: Aneh!:
(mae/lir)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini