"Kita tidak menolak emansipasi perempuan dalam olahraga. Namun, dalam konteks Aceh, tidak semua jenis olahraga relevan untuk diberlakukan di Aceh. Karena ada nilai dan norma kultural yang perlu dijaga dan mestinya selaras dengan syariat Islam," kata Sudirman atau akrab disapa Haji Uma kepada detikcom, Jumat (5/7/2019).
Dia menyesalkan pihak Kemenpora serta unsur pelaksana event yang telah menafikan dan mengesampingkan nilai dan norma ke-Aceh-an serta syariat Islam yang berlaku di Aceh. Karena itu, dia berharap Kemenpora dan pihak pelaksana menghentikan event itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita harapkan kegiatan tersebut dihentikan untuk menghindari potensi gejolak lebih masif yang muncul di masyarakat Aceh," sebut Haji Uma.
Haji Uma juga akan mengirim surat secara resmi sebagai perwakilan daerah ke Kemenpora dan pemerintah daerah. Surat itu dilayangkan guna meminta klarifikasi dan meminta event tersebut ke depan dikaji kembali serta dibatalkan di Aceh.
"Terkait hal ini nantinya kita akan menyurati pihak Kemenpora supaya kita sama-sama menjaga dan menghormati kekhususan Aceh. Tentunya tidak mungkin semua kegiatan yang bersifat dengan menabrak kekhususan daripada syariat Islam. Perlu berhati-hati melaksanakan event yang demikian. Sebab, itu menimbulkan kontradiksi di lapangan dan akan terjadi gejolak seperti saat ini," tambahnya.
Sebelumnya, Koordinator BLiSPI Aceh Ishaq Rizal mengatakan pihaknya sangat menghargai perbedaan pendapat. Menurutnya, itulah demokrasi dan dinamika dalam suatu organisasi.
"Kami atas nama Panitia Penyelenggara Seleksi Pemain Sepakbola Putri U-17 tingkat Provinsi Aceh memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Aceh jika penyelenggaraan kegiatan seleksi pemain tersebut ada bertentangan dengan nilai-nilai syariat Islam," kata Ishaq Rizal ketika dimintai konfirmasi detikcom, Jumat (5/7).
Ishaq menyebutkan kegiatan itu bertujuan sebagai wadah penyaluran bakat dan kemampuan para generasi muda, khususnya dalam cabang sepakbola, sehingga mereka terarah, juga menjaga nilai-nilai syariat Islam dan kekhasan budaya Aceh, daripada menyalurkan bakatnya secara tidak terkendali. Pentingnya lagi untuk membina generasi muda agar tidak terjerumus hal yang dilarang agama.
Menurut Ishaq, cabang olahraga sepakbola serumpun dengan cabang olahraga voli, basket, tenis, dan cabang olahraga lainnya yang diikuti oleh para wanita. Selain itu, para pemain sepakbola putri tersebut menggunakan pakaian muslimah. Jika ada salah seorang pemain yang berpakaian kurang muslimah, hal itu karena yang bersangkutan bukan muslim.
"Kami tidak ada niat sedikit pun untuk mencederai penerapan syariat Islam di Provinsi Aceh. Untuk itu, sekali lagi, jika kegiatan ini kurang cocok dilaksanakan di Aceh, kami juga berharap kita semua bersikap adil terhadap cabang olahraga lainnya yang digeluti oleh wanita di Aceh. Untuk diketahui, tim sepakbola putri Aceh ini penampilannya pasti secara islami (pakaian muslimah) dan keinginan kami bisa menjadi contoh yang baik bagi wanita Indonesia lainnya dengan penampilan tim putri Aceh tersebut," sebut Ishaq.
(idh/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini