"Hasil uji lab sudah keluar dari Pusat Studi Satwa Primata di Bogor terkait kematian harimau Inung," kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono kepada detikcom, Kamis (4/7/2019).
Haryono menjelaskan, dalam laporan histopatologi harimau Sumatera (Penthera tigris sumatrae) itu, teridentifikasi potongan jaringan merupakan bagian dari sebuah tumor yang terdiri atas populasi padat sel-sel tumor epithelia yang tersusun dalam solid sheets ditunjang oleh stroma fibrovaskular.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kesimpulannya, Inung mati karena tumor yang ada di bagian mulutnya. (Tumor) belum sempat diangkat, namun (harimau) sudah mati duluan," kata Haryono.
Sebagaimana diketahui, Maret lalu harimau ini awalnya ditemukan terjerat di kawasan hutan di Kabupaten Pelalawan, Riau. Kaki depan kiri harimau ini terjerat kawan yang dipasang manusia tidak bertanggung jawab.
Harimau ini berhasil dievakuasi pihak BBKSDA Riau untuk dibawa ke pusat rehabilitasi harimau Sumatera di Dharmasraya di Sumbar. Sekitar 20 hari dalam perawatan, harimau yang dinamai Inung Rio ini kondisinya terus melemah. Pada 15 April 2019, satwa langka ini akhirnya mati.
(cha/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini