Jakarta - Kekhawatiran masyarakat dengan diaktifkannya lagi Babinsa ditepis Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto. Ia memastikan fungsi Babinsa kini sudah beda dengan zaman Orba. Babinsa tidak bisa lagi menangkapi orang yang dicurigai terlibat kriminalitas."Fungsi Babinsa saat ini hanya untuk mencegah dan menangkal terorisme. Mereka bisa menangkap orang kalau didampingi aparat kepolisian. Tidak seperti dulu," ungkap Tarto, panggilan akrab Endriartono.Tarto menyampaikan hal itu usai memberi pengarahan soal wacana diaktifkannya lagi komando teritorial (koter) hingga tingkat desa kepada seluruh Panglima Komando Utama di Mabes TNI AD, Jalan Veteran, Jakarta, Rabu (12/10/2005).Diakui Tarto, aparat teritorial atau Babinsa di zaman Orba memang bisa melakukan penangkapan dan pemeriksaan. Hal ini karena institusi TNI dan Polri berada di satu atap, yakni ABRI. Saat itu selain menangani fungsi pertahanan, TNI juga mengatasi masalah kriminal. Akibatnya tidak ada pembeda yang jelas. "Sekarang ini tidak bisa lagi terjadi. Polri dan TNI sudah dipisahkan. Kewenangan hukum ada pada kepolisian. Dan, Babinsa menjadi bagian untuk membantu kepolisian sebagai pengumpul keterangan atau informasi yang diterima dari masyarakat," jelas Tarto.Soal anggapan tidak aktifnya lagi intelijen TNI, Tarto membantahnya. Dijelaskannya, sebenarnya intelijen bisa bekerja kalau badan pengumpul keterangannya, dalam hal ini para prajurit di bawahnya (Babinsa), bisa memberi masukan. "Intelijen bisa efektif kalau dibantu masyarakat dan rakyat banyak memberi informasi," katanya.Mengenai koordinasinya dengan pihak kepolisian, dijelaskan, secara teknis Babinsa hanya mendapat laporan dari masyarakat lalu melakukan pengecekan. Setelah dicek, bila ditemukan hal-hal yang mencurigakan, langsung melapor kepada polisi, dan bersama pihak kepolisian langsung melakukan penangkapan. "Selama ini koordinasinya sudah berjalan baik, terutama antarintelijen. Ini terjadi sejak zaman Megawati, di mana intelijen ada di bawah koordinasi BIN. Sejak saat itu sudah tidak ada lagi rivalitas antarintelijen," ungkapnya.Dengan dihidupkannya lagi koter, lanjut Tarto, bukan berarti TNI ingin terjun kembali ke politik praktis. "TNI tidak punya niat ke situ," tandasnya.
(umi/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini