"Jangan hanya lihat banjir sekarang, tapi kita harus buat kajian. Ini banjir apa sesungguhnya, penyebabnya dari mana? Apakah ini tahunan atau sepuluh tahunan, ataukah banjir periodik," kata Nurdin di kantor Gubernur Sulsel, Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar, Senin (10/6/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau sekarang turun bawa sembako, bikin dapur umum itu kan sementara. Yang saya ingin, perguruan tinggi turun melakukan kajian di banjir ini, apa sebenarnya, penyebabnya supaya masyarakat tahu," ujarnya.
"Jangan setiap banjir terjadi cuma kita kirim, lakukan pertolongan tapi tidak ada solusi menyelesaikan persoalan," sambung Nurdin.
![]() |
Dia juga meminta pemda setempat peka membaca tanda tanda alam, dari kemunculan buaya hingga intensitas hujan yang deras.
"Kalau saya sih melihat, ini kan tanda tanda alam yang tidak biasanya, buaya muncul, itu kan tanda tanda alam, harus dibaca, akan ada apa? Cuaca ekstrem, hujan curahnya tinggi, akan terjadi banjir. Tanda-tanda alam itu sudah ada," ungkapnya.
Sebelumnya diberitakan, banjir di Sidrap merendam 600 rumah di 14 desa/kelurahan di 3 kecamatan. Tiga kecamatan yang terdampak itu ialah Kecamatan Dua Pitue, Pitu Riase, dan Pitu Riawa. Hingga Senin (10/6), ketinggian air di 3 kecamatan masih bervariasi, antara 50 dan 70 cm.
Berdasarkan data di Posko Komando Bencana, 601 rumah yang dihuni sekitar 1.452 keluarga terdampak banjir.
"Debit air sudah surut, hanya saja sejumlah wilayah masih tergenang," Kata Kepala Posko Komando Tanggap Darurat Dandim 1420 Kabupaten Sidrap, Letkol Inf JP Situmorang. (fiq/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini