Demokrat Merasa Tak Lagi Berkoalisi, Mau ke Mana Nanti?

Round-Up

Demokrat Merasa Tak Lagi Berkoalisi, Mau ke Mana Nanti?

Marlinda Oktavia Erwanti - detikNews
Minggu, 09 Jun 2019 06:05 WIB
Ketum Partai Demokrat SBY (Foto: Grandyos Zafna)
Jakarta - Partai Demokrat (PD) lagi-lagi membuat sensasi. Partai berlambang mirip logo mercy itu kali ini merasa tak lagi berkoalisi dengan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Perasaan itu tak muncul tiba-tiba. Kadiv Advokasi dan Hukum DPP Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean menuturkan perasaan tak lagi berjuang bersama koalisi Prabowo-Sandiaga itu bola salju yang sudah menggulung sejak lama.

Sejak saran dan masukan Partai Demokrat dan sang ketum, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diabaikan oleh koalisi yang menamai dirinya Koalisi Indonesia Adil Makmur itu. Hingga puncaknya, saat Prabowo mengungkap pilihan politik istri SBY, Ani Yudhoyono yang telah tutup usia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hubungan antara Partai Demokrat dengan Koalisi 02 memang agak terganggu terutama pasca hari-hari terakhir, Bu Ani pun menjadi korban, dirundung oleh pendukung 02 dan terakhir juga apa yang terjadi di Cikeas, saat Prabowo bertemu dengan Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), mengucapkan belasungkawa tapi akhirnya menjadi politik, mengotori suasana duka dan itu tentunya akan membuat suasana tak nyaman," kata Ferdinand kepada wartawan, Sabtu (8/6/2019).

"Bagi kami, kami merasa tidak berkoalisi lagi dengan 02 saat ini. Kami sudah merasa tidak berkoalisi dengan 02. Kami sudah merasa tidak bersama-sama lagi dengan 02," sambung dia.



Namun, meski merasa tak lagi berkoalisi bersama Prabowo-Sandiaga dan parpol koalisi di belakangnya, Demokrat masih belum resmi bersikap. Partai Demokrat masih belum menentukan apakah akan hengkang dari koalisi atau menyeberang ke koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin. Meski godaan juga dilempar Ferdinand ke Jokowi.

"Yang jelas bahwa PD akan mempertimbangkan dengan sangat apabila diajak untuk bergabung oleh Pak Jokowi untuk bersama-sama membangun bangsa ini. Intinya gitu. Tapi Partai Demokrat saat ini belum menerima tawaran secara resmi dari Pak Jokowi. Memang komunikasi berjalan terus dengan baik dan normal, kami harap semuanya akan berakhir baik," jelas dia.

"Kami tidak akan menawarkan diri. Partai Demokrat tidak akan menawarkan diri atau meminta-minta. Tetapi partai Demokrat, apabila diminta, akan siap karena kami juga kan tahu posisi kami, kemarin kami berkoalisi dengan 02. Tidak elok juga kami langsung menawarkan diri untuk bergabung ke 01, tidak demikian etika politik kami," imbuh Ferdinand.



Sikap Demokrat itu pun memicu tanggapan, baik dari Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga maupun TKN Jokowi-Ma'ruf Amin. BPN Prabowo-Sandiaga legawa, sementara TKN Jokowi meminta partai pimpinan SBY itu untuk lebih tegas menentukan sikap.

BPN Prabowo-Sandiaga mengaku tak masalah parpol koalisinya itu angkat kaki, asal Partai Demokrat hengkang tanpa mencaci. Sebab, menurut BPN, sedari awal sudah banyak pihak yang menduga Demokrat hanya setengah hati.

"Itu adalah hak politik PD untuk keluar dari koalisi, tapi mohon jangan diskreditkan Prabowo Subianto/02 dengan alasan yang tidak masuk logika publik dan terkesan dicari-cari," ujar Juru Debat BPN Prabowo-Sandiaga, Sodik Mudjahid, kepada wartawan.

Sementara TKN Jokowi-Ma'ruf seolah satu suara dalam menanggapi sikap Partai Demokrat. TKN terbuka menerima jika Partai Demokrat memang ingin bergabung dengan koalisi asal sungguh-sungguh dan tanpa tedeng aling-aling. Namun, TKN Jokowi-Ma'ruf secara kompak menuntut Partai Demokrat untuk secara resmi mengumumkan sikap politiknya.

"Tapi juga tentu sikap politik itu di BPN seperti apa. Kalau memang PD mau membuka peluang itu secara tegas. Kan yang dia bilang baru rasa, keinginan PD itu perlu juga dituangkan sikap politik mereka dengan tegas bilang 'kami berhenti dari koalisi Prabowo-Sandi'. Bukan satu dua elitenya. Mereka bergabung BPN itu melalui dokumen, dukungan formal secara organisatoris. Keluarnya PD dari BPN juga harus secara formal, datang dari pucuk pimpinan dari SBY, bukan dari anak buah," kata Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf, Johnny G Plate kepada wartawan.



Sikap resmi itu dinilai penting bagi TKN Jokowi-Ma'ruf. Sebab, menurut TKN, tak ada gunanya Partai Demokrat hanya berteriak tak lagi merasa berkoalisi dengan Prabowo-Sandiaga namun sikap tersebut tak datang dari pucuk pimpinan dan secara organisatoris.

"Kalau memang sudah merasa tidak berkoalisi, bagusnya disampaikan secara resmi sehingga menjadi firm dan bisa segera menentukan sikap ke depan tanpa ganjalan, apakah akan ke 01 atau 02," ujar Wakil Direktur Kampanye TKN Jokowi-Ma'ruf, Daniel Johan, kepada wartawan.

Kini, BPN Prabowo-Sandiaga dan TKN Jokowi-Ma'ruf menanti sikap resmi Partai Demokrat. Mau ke mana dukungan akan dilabuhkan pasca Pilpres 2019 berakhir?


SBY: Demokrat Dirugikan Akibat Kurangnya Fair Play di Pemilu 2019
Halaman 2 dari 2
(mae/zak)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads