Dia mengatakan di Indonesia kriteria utama yang digunakan untuk penentuan hilal yakni tinggi bulan minimal 2 derajat yang digunakan Nahdlatul Ulama (NU) dan wujudul hilal atau tinggi bulan minimal sekitar 0 derajat yang digunakan Muhammadiyah.
![]() |
"Kalau tinggi bulan antara 0-2 derajat pasti terjadi perbedaan, seperti 2011-2014. Alhamdulillah sejak 2015-2021 tinggi bulan di luar rentang tersebut, jadi ada potensi selalu seragam sampai 2021. Pada awal Ramadhan lalu tinggi bulan sekitar 5 derajat," kata Thomas kepada wartawan, Jumat (31/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada 29 Ramadhan/3 Juni tinggi bulan negatif, tidak mungkin terlihat. Menurut Muhammadiyah hilal belum wujud dan menurut NU nanti dibuktikan rukyat tidak terlihat. Karena itu Ramadhan digenapkan menjadi 30 hari sehingga 1 Syawal/Idul Fitri jatuh pada 5 Juni 2019," tuturnya.
Pada 2017, dibuat Rekomendasi Jakarta 2017. Ada tujuh poin dalam Rekomendasi Jakarta 2017 yang dipakai untuk penentuan awal bulan hijriyah. Rekomendasi Jakarta 2017 dibuat untuk meminimalisasi terjadinya perbedaan antarnegara dalam pelaksanaan ibadah. (jbr/fjp)