Aksi para pencinta lingkungan ini mereka gelar di depan Kantor Camat Mandau, Duri. Para aktivis ini turun ke jalan untuk sekian kalinya menentang pembangunan jalan lingkar yang akan memberangus hutan Talang sebagai habitat gajah yang tersisa di kawasan suakamarga satwa Balai Raja.
Dalam teatrikal ini, belasan seniman menyampaikan aksi protesnya lewat puisi diiringi musik gitar. Sebagian mereka dalam teatrikal menggunakan body painting menggambarkan kondisi gajah yang terancam tergusur di habitatnya. Ada juga menggambarkan pohon yang terancam diberangus demi jalan lingkar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Aksi ini kami gelar meminta transparansi Dinas PU Pemkab Bengkalis dengan izin AMDAL pembangunan jalan lingkar di Kota Duri," kata koordinator aksi, Zulhusni dari Rimba Satwa Foundation (RSF).
![]() |
"Hanya hutan Talang yang tersisa saat ini, sedangkan selebihnya kawasan suakamarga satwa Balai Raja 90 persen sudah berubah fungsi jadi perkebunan sawit," kata Husni.
Aktivis dari Himpunan Pegiat Alam (Hipam), Bobi menambahkan, mereka tidak anti terhadap pembangunan jalan lingkar di Kota Duri. Sebab, jalan lingkar juga kebutuhan untuk mengurai kemacetan di tengah kota Duri.
"Yang kami protes, Pemkab Bengkalis harus transparan terkait pembangunan jalan lingkar tersebut. Jangan sampai pembangunan itu merusak habitat gajah yang tersisa. Gajah juga harus diselamatkan, sebab gajah juga punya hak yang sama hidup di alam ini," tegas Bobi.
"Kami juga akan membuat petisi ke Pemkab Bengkalis, Pemprov Riau, KLHK dan KPK. Jangan hancurkan hutan Talang, sebab itu rumah terakhir buat gajah liar yang ada di Duri," kata Bobi.
![]() |
"Kalau rencana pembangunan jalan lingkar itu akan memotong habitat gajah, tentunya ini menjadi perhatian kita. Sebab, hutan Talang adalah hutan yang tersisa di sana untuk habitat gajah," kata Haryono. (cha/nvl)