Jenazah Hendrawati Tak Dipeti, Warga Pasrah Jika Tertular AI
Jumat, 07 Okt 2005 13:43 WIB
Jakarta - Kemiskinan lagi-lagi menyebabkan jenazah pasien suspect avian influenza (AI) atau flu burung dibawa pulang tanpa peti. Kali ini kemalangan itu menimpa keluarga Ny Euis Hendrawati (38). Warga yang melayat mengaku hanya pasrah jika kemudian tertular.Ny Euis Hendrawati meninggal di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Kamis (6/10/2005) sore kemarin. Sama seperti bocah Ilyas Salim, karena ketiadaan biaya, keluarga membawa pulang jenazah Ny Hendrawati tanpa peti.Padahal sesuai prosedur yang berlaku, jenazah suspect flu burung atau penderita penyakit penular lainnya, jenazah harus dimasukkan dalam peti yang tertutup rapat, setelah dibungkus kain kafan dan dilapisi plastik.Jenazah Ny Hendrawati yang hanya dilapisi kain tiba di rumah duka di Jalan Mangga Besar XIII RT 8 RW 5 Gang Saat, Nomor 37 Kelurahan Mangga Dua Selatan, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat, Kamis (7/10/2005) malam. Namun jenazah tak disemayamkan di rumah tersebut.Jenazah disemayamkan di rumah Ny Ratih, tetangga yang rumahnya berada di depan rumah almarhumah. Tindakan itu dilakukan karena rumah almarhumah terlalu sempit dan sudah ditempati dua orangtua Hendrawati yang terkena stroke.Saat disemayamkan, jenazah pasien suspect flu burung itu pun hanya dilapisi kain, tanpa plastik ataupun peti yang semestinya sesuai prosedur. Dalam keadaan seperti itulah warga sekitar melayat dan memberikan penghormatan terakhir kepada almarhumah. Baru kemudian Jumat (7/10/2005) pagi harinya, jenazah dimasukkan ke peti karena akan dimakamkan di pemakaman Gunung Handeuleum, Bogor, daerah asal Ny Hendrawati.Ny. Ratih, tetangga yang rumahnya digunakan untuk persemayaman jenazah Ny Hendrawati mengaku hanya pasrah jika tertular penyakit mematikan itu. "Saya pasrah saja sama Tuhan," kata Ny Ratih.Semasa hidupnya, Hendrawati bekerja di perusahaan konveksi. Perempuan yang ditinggal pergi suaminya, Dharsono, sejak 18 tahun lalu itu memang penyuka daging ayam. Ibu dua anak itu, Darmawan Apranto (20) dan Siska Darmawati (18) sering membeli ayam goreng pada pedagang keliling di komplek itu. Almarhumah telah menderita sakit panas selama sebulan. Karena mengira sakitnya hanya panas biasa dan kekurangan dana, almarhumah hanya berobat ke Puskesmas. Dokter Puskesmas yang memeriksanya menduga dia terkena tipus. Sebelum akhirnya dibawa ke RSPI dengan menggunakan kartu miskin, Ny Hendrawati dirawat di RS Tarakan dan RS Atmajaya.
(iy/)