Cerita Eks Napi di Sulsel Jadi Dai, Bangun Masjid hingga Tulis Buku

Cerita Eks Napi di Sulsel Jadi Dai, Bangun Masjid hingga Tulis Buku

M Bakrie - detikNews
Rabu, 29 Mei 2019 10:26 WIB
Foto: Dai Kamtibmas di Sulsel (Bakrie-detikcom)
Maros - Sudah 14 tahun sudah, Hamka Mahmud, seorang mantan Narapidana memilih menjadi seorang penceramah atau Dai. Warga Jalan Bambu Runcing, Kecamatan Turikale, Maros, Sulawesi Selatan ini lebih dikenal dengan Dai Kamtibmas karena isi ceramahnya.

Pria kelahiran tahun 1984 ini memang punya spesifikasi khusus dalam membawakan dakwahnya. Ia memilih menjadi penceramah tetap di beberapa Lemabaga Pemasrakatan (Lapas) ataupun Rumah Tahanan (Rutan) di Sulawesi Selatan, mulai dari Makassar, Gowa, Maros hingga Pangkep. Materi dakwahnya pun sangat menarik terutama bagi para Napi.

Betapa tidak, ia yang pernah mendekam di Lapas kelas II A Maros selama 5 bulan atas kasus sepele di tahun 2006 silam, tahu betul apa yang menjadi permasalahan dan derita warga binaan. Melalui pendekatan sebagai mantan Napilah, ia pun berhasil mendapatkan kepercayaan sekaligus inspirator bagi mereka untuk kembali ke jalan Tuhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



"Saya masuk penjara saat itu masih kelas 3 SMA. Saya menghabiskan masa tahanan saya selama 5 bulan di dalam Penjara dengan kasus pencemaran nama baik bersama kakak saya. Saya bersyukur dengan musibah ini karena ternyata inilah yang menjadi jalan saya menjadi seperti sekarang,"katanya, Rabu (29/05/2019).

Bagi Hamka, menjadi seorang dai yang lebih khusus membina para narapidana menjadi hal yang istimewa. Menurutnya, seorang narapidana tidak akan selamanya mendekam di balik jeruji dan satu waktu akan kembali ke tengah-tengah masyarakat. Olehnya, dalam masa itu, mereka harus mendapatkan pembinaan dengan pendekatan rohani yang lebih mantap.

Tak jarang, kata dia, seorang mantan narapidana yang bertahun-tahun di Lapas, saat bebas malah kembali terjerumus pidana. Selain faktor lingkungan yang masih memberikan stigma negatif, pembinaan rohani dalam Lapas juga masih sangat minim. Alhasil, eks narapidana ini malah kambuh saat bebas.

"Pembinaan di Lapas ini memang harus mengedepankan pendekatan rohani. Mereka harus disentuh dengan orang yang tepat dan kalau bisa senasib dengan mereka agar mudah diterima. Jika tidak, malah mereka yang telah bebas, akan kembali lagi. Dan itu banyak terjadi," lanjutnya.



Awalnya, Hamka yang pernah belajar di salah satu pesantren di Maros ini, memang sudah kerap mengisi ceramah di Masjid Lapas saat masih menjadi Napi. Setelah bebas, ia memilih menjadi seorang penjual buku dan berkeliling ke luar kota untuk memasarkan bukunya. Kesempatan menjadi Dai pun terbuka saat Polda Sulsel mencari seorang mantan Napi untuk menjadi Dai Kamtibmas.

"Waktu saya bebas, saya menjadi penjual buku-buku agama memang. Saya berkeliling ke luar kota kalau ada acara untuk menjual buku saya. Saat Polda Sulsel mencari mantan Napi untuk jadi Dai Kamtibmas, saya dihubungi oleh Polres Maros dan saya mendaftarkan diri saat itu," sebutnya.



Kesempatan menjadi seorang Dai Kamtibmas inipun tidak ia sia-siakan. Dengan bantuan Polisi, ia pun mengemban amanah sebagai seorang penceramah yang lebih spesifik mengangkat persoalan-persoalan kekinian di tengah masyarakat. Mulai dari masalah kedisiplinan lalulintas hingga Narkoba. Ia pun kini telah direkrut oleh Badan Narkotika Nasioal (BNN) Sulsel sebagai Dai Anti Narkoba.

Di tahun 2016, tepat di depan rumahnya, ia pun mendirikan sebuah masjid yang diberi nama Masjid Dai Kamtibmas yang diresmikan langsung oleh Kapolda Sulsel yang saat itu dijabat oleh Irjen Pol Anton Charliyan yang juga pernah menjabat sebagai Kapolda jawa Barat. Di Masjid ini pulalah ia mengajar puluhan anak-anak belajar agama setiap harinya.

Selain rutinitas sebagai dai dan guru agama. Hamka juga aktif memberikan kajian bagi anak muda dan dan beberapa Organisasi Masyarakat. Hasil kajiannya itupun ia rangkum dan telah ia buat dalam berbagai buku yang ia tulis sendiri. Baginya, kajian agama tidaklah cukup untuk memperluas dakwah, salah satu cara yang efektif, menurut dia adalah menulis buku.

Cerita Eks Napi di Sulsel Jadi Dai, Bangun Masjid hingga Tulis BukuFoto: Dai Kamtibmas di Sulsel (Bakrie-detikcom)


"Saya sangat bersyukur karena juga sudah ada beberapa buku yang tulis. Ada yang berbentuk rangkuman hasil kajian saya, adajuga novel tentang jalan hidup saya dari seorang mantan napi menjadi seorang dai. Mudah-mudahan bisa lebih bermanfaatlah," ujarnya.

Kini, Hamka Mahmud bercita-cita memiliki sebuah sekolah khusus bagi para mantan Napi yang baru keluar dari Lapas untuk didik secara mandiri. Melalui pelatihan-pelatihan wisar usaha ataupun menjadi seorang dai, ia berharap, para eks Napi ini bisa kembali diterima dengan baik di tengah masyarakat.

"Alhamdulillah sudah ada lahannya dan sekarang dalam tahap pembangunan. Mudah-mudahan cita-cita saya ini bisa terwujud secapatnya. Yah tentunya dengan bantuan warga yang memang mau melihat kami-kami ini para mantan Napi tidak kembali lagi ke Lapas sebagai seorang penjahat," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(rvk/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads