AHY Disebut Geer, SBY Dianggap Baper

Round-Up

AHY Disebut Geer, SBY Dianggap Baper

Tim Detikcom - detikNews
Selasa, 28 Mei 2019 21:54 WIB
AHY bersama SBY. (Dok Instagram @aniyudhoyono)
Jakarta - Ungkapan Ketum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di-bully setelah bertemu dengan capres petahana Jokowi berujung kritik dari kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Ada yang menyebut AHY geer, ada juga yang meminta SBY untuk tidak baper.

SBY berbicara tentang pertemuan AHY dengan Jokowi di Istana Negara seusai pencoblosan. Ia menyebut bully-an kepada putra sulungnya tersebut cukup sadis.

"Setelah pertemuan itu, saya tahu AHY 'di-bully' dengan kata-kata yang sadis dan kejam. Mungkin itu cara Tuhan Yang Mahakuasa, Allah SWT, menguji dan menggembleng seseorang yang baru masuk dunia politik dari materi serangan yang dialamatkan kepada kita, Partai Demokrat," kata SBY melalui rekaman video yang ditunjukkan dalam acara buka bersama elite PD di kediamannya, Mega Kuningan, Jaksel, Senin (27/5/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Presiden RI ke-6 itu menyatakan tahu siapa pihak yang mem-bully AHY. Namun SBY tak mengungkap pihak yang dimaksud.

"Sebenarnya kita tahu dari kelompok mana serangan sengit itu berasal," sebut SBY.

Pernyataan SBY mendapat tanggapan dari anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Fadli Zon. Ia meminta agar SBY tak baper jika putranya di-bully.

AHY Disebut Ge-er, SBY Dianggap BaperFadli Zon (Dwi Andayani/detikcom)

"Tiap politisi, apa pun yang dilakukan, pasti ada kelompok yang suka, ada kelompok yang tidak suka. Jadi nggak usah baper-lah kalau di-bully itu," kata Fadli di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (28/5/2019).

Wakil Ketua DPR itu mencontohkan dirinya yang kerap di-bully, namun selalu menanggapinya dengan santai. Sebab, menurut Fadli, hal itu merupakan risiko politikus.

"Saya tiap hari di-bully santai saja, nggak ada tuh saya baper-baperan. Yang namanya politisi dalam mengambil sikap, pasti ada yang suka dan ada yang tidak suka," ujar Waketum Gerindra itu.



Wakil Direktur IT BPN Prabowo-Sandiaga, Vasco Ruseimy, juga menyindir Demokrat yang sebenarnya merupakan partai pengusung pasangan nomor urut 02 itu. Ia menilai AHY hanya kegeeran soal bully-an yang dimaksud SBY.

"AHY kegeeran saja kali. Nggak ada kok yang ngebully beliau," ucap Vasco kepada wartawan, Selasa (28/5/2019).

Menurut politikus Berkarya tersebut, selama ini tak ada yang mem-bully AHY seperti yang dimaksudkan SBY, terutama dari BPN Prabowo-Sandiaga. Vasco pun enggan berkomentar lebih jauh terkait hal itu.


"Kami nggak mau sibuk ngurusin bully-bully-an. Kami mah fokus kawal pemenangan Prabowo-Sandi saja," tuturnya.

Partai Demokrat menepis anggapan AHY kegeeran. Ketua DPP Demokrat Jansen Sitindaon mengatakan bully-an kepada Komandan Kogasma itu benar terjadi setelah AHY bertemu dengan Jokowi.

"AHY (Agus) di-bully dan bahkan dicaci maki setelah bertemu dengan Jokowi. Itu fakta dan nyata. Jangankan AHY, Ibu Ani yang tidak ada urusannya dengan persoalan ini saja juga ikut kena bully kok, bahkan dituduh yang macam-macam, mulai sakitnya pura-puralah, jalannya sudah pengkor-lah, dan berbagai bully-an lainnya yang menyakitkan dan sangat tidak pantas," ungkap Jansen.

AHY Disebut Ge-er, SBY Dianggap BaperAHY saat bertemu dengan Jokowi. (Rengga Sancaya/detikcom)

Jansen menyebut jejak bully terhadap AHY dan Demokrat masih berserakan jika hendak ditelusuri. Menurut dia, tutup mata atas fakta bully-an terhadap AHY tidak ada gunanya.

Dia lanjut menjelaskan perihal pertemuan AHY dengan Jokowi beberapa waktu lalu. Dia, sekali lagi, menegaskan pertemuan itu tidak terkait dengan urusan kepartaian.

"Kami bukan pihak yang mengetok pintu untuk dibukakan, ya. AHY-lah yang diundang Presiden Jokowi dan dia memenuhi undangan itu. Ada dignity di sini, ada martabat, dan datangnya juga tidak datang dari pintu belakang, tapi dari depan. AHY disambut langsung oleh Presiden Jokowi dan setelah itu selalu ada konferensi pers," jelas Jansen.
Halaman 2 dari 2
(elz/tor)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads