"Nggak ada (tekanan), kan kita mulai dari awal penguburan sampai pengajian, kita hadir terus. Kalau yang seperti itu, nggak ada. Kita malah dari mulai penguburan korban," kata Erick saat dimintai konfirmasi, Selasa (28/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena memang kita sebagai sesama umat Islam, lebih lagi warga Kebon Jeruk, tanpa diundang pun kita datang, untuk pengajian takziah," imbuhnya.
Dugaan mengenai adanya tekanan ini disampaikan oleh Didin saat melakukan audiensi terbuka dengan komisioner Pendidikan dan Penyuluhan Anak Komnas HAM Beka Ulung Hapsara di kantor Komnas HAM, Jalan Latuharhary, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (28/5/2019). Didin meminta perlindungan Komnas HAM terkait tekanan yang diterima keluarganya.
"Satu lagi, Pak, saya minta perlindungan. Karena sudah banyak tekanannya," kata Didin.
Salah satu bentuk tekanan yang dialami oleh Didin adalah permintaan agar kembali ke rumah dan tidak pergi tidak pergi ke Komnas HAM.
"Seperti tadi. Saya sudah disini, disuruh pulang," jawab Didin.
Beka Ulung pun bertanya mengenai pihak yang memberikan tekanan itu. Didin menyebut nama Kapolsek Kebon Jeruk.
"Kapolsek Kebon Jeruk apa ya," ujar Didin.
Selain itu, Didin menyebut rumahnya sering dikunjungi oleh sejumlah personel Polsek Kebon Jeruk. Namun kedatangan aparat itu tak pernah diterima karena keluarga masih trauma.
"Dari Polsek Kebon Jeruk. Dari Polsek Kebon Jeruk udah beberapa kali datang," ujar Didin.
"Ya kalau mereka datang nggak pernah saya temuin. Karena apa, karena saya trauma. Istri saya saja. Saya bilang, saya mau tidur. Sampai pulang pun dia masih nanya, Bapak udah bangun, tetep," sambung dia.
Simak Juga 'KSPI Minta Komnas HAM Bentuk TGPF Terkait Korban Aksi 22 Mei':
(knv/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini